SLEMAN-Bagi Masyarakat yang melintas di Jalan Solo-Jogja, tak lengkap rasanya jika tidak menikmati seteguk es dawet yang dijual disepanjang jalan Bogem Kalasan. Sepasang suami istri, Bagong dan Suyati, adalah satu di antara pedagang dawet yang berjualan di sepanjang jalan itu. Dawet Pandawa namanya.
Kuliner minuman yang sudah 30 tahun bertahan ini, menjadi jujugan bagi pemudik pada musim Lebaran.
Posisi jualan di sebelah selatan jalan tampaknya tak membuat pemudik dari arah barat mengurungkan niatnya untuk membeli. Mereka sampai harus
berputar arah sejauh 1 km demi menikmati kesegaran dawet Pak Bagong.
Tak hanya pemudik, artis ternama nasional yang menjalani shooting di Candi Prambanan pun kerap memesan dawet di tempatnya. Tak jarang pula
mereka meluangkan waktu untuk membeli sendiri di warung Yati yang berada tepat di kantor Purbakala itu.
“Jaman dulu Dono, Kasino, Indro jadi langganan. Sekarang saya enggak hafal nama-nama artisnya. Anak saya yang hafal,” kata Yati yang tinggal di
Bogem, Bayat, Klaten, Jawa Tengah itu.
Pada saat Lebaran, ia sengaja menambah stok persediaan cendol. Pasalnya permintaan dipastukan meningkat dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Pada hari biasa, Suyati hanya melayani sekitar 500-1.000 gelas. Sementara pada Lebaran seperti ini bisa naik 100% hingga 2.000 gelas.
Harga yang dipatok sedikit meningkat dari biasanya. Pada hari biasa untuk satu gelas dawet tanpa tape ia hargai Rp3.500 dan dengan tape Rp4.500. Sementara pada Lebaran semuanya naik Rp500. “Kalau sudah Lebaran harganya turun lagi,” kata Suyati.
Sebagai pengusaha yang telah berpuluh tahun menjual dawet, ia selektif dengan bahan baku yang digunakan. Misalnya untuk pilihan gula jawa saja, ia memilih gula jawa buatan Wates yang masih murni.
“Dari cendol sampai santan semuanya kami buat sendiri. Ya berusaha mempertahankan kualitas rasa lah,” ujarnya.
Salah satu pelanggan asal Klaten, Gita, selalu menyempatkan diri ketika akan pergi ke Jogja. “Saya jarang beli dawet di tempat lain. Pertama ke sini
ya sampai sekarang ke sini terus,” ujarnya.
Usaha berjualan dawet ini sudah ia rintis sejak pertama kali menikah dengan Pak Bagong. “Dari harga dawet Rp50, kami sudah mulai jualan. Sampai
kami memiliki tiga cucu saat ini,” kata Yati. Pekerja yang ia perbantukan dalam usaha dawetnya tak lain adalah anak-anaknya sendiri. Menurutnya, membuat lapangan pekerjaan bagi anak-anaknya adalah kebanggaan tersendiri bagi dia dan suami
Comments