By 
Informasi mengenai pemanfaatan gua secara benar dan memperhatikan struktur gua, belum sampai ke masyarakat secara menyeluruh.
Hal tersebut dikemukakan oleh Penjelajah dan Pemerhati Gua, dari Acintyacunyata Speleological Club (ASC), Bagus Yulianto pada Rabu (16/9/2015). Menyusul adanya penggalian gua di Bukit Ngembong, Seropan, Bejiharjo, Karangmojo sebagai objek wisata baru, yang menewaskan seorang pekerja, belum lama ini.
Ia menjelaskan tahapan sebuah gua menjadi objek wisata, edukasi atau tujuan lainnya perlu diawali dengan pemetaan gua, perencanaan dan pemanfaatan.
Dari pemetaan, warga bisa mengetahui potensi dan daya dukung gua, bahkan ancaman bahaya yang bisa muncul dari dalam gua. Sementara dalam perencanaan, dari hasil pemetaan, bisa diketahui langkah pemanfaatan seperti apa yang cocok di gua tadi. Apakah menjadi objek wisata seperti yang ada di Gua Pindul, atau konsep lainnya.
Hanya ia menyayangkan, instansi di DIY belum mengakomodir ini, informasi dan sosialisasi belum sampai ke masyarakat awam. Ini yang kemudian menjadikan masuk ke sebuah Pokdarwis itu penting bagi orang yang akan mengembangkan gua menjadi objek wisata. Dari sana ada pendampingan, dan ada saran yang masuk dari pihak yang paham mengenai gua, agar pemanfaatan gua tidak malah menjadi musibah.
“Toh, ketika masuk ke Pokdarwis, atau berbarengan dengan Pokdarwis yang sudah ada, bukan berarti ada keinginan, lalu tidak bisa ,” terangnya.
Ia juga memaparkan bahwa merubah formasi gua, bukanlah tindakan yang dibenarkan. Bahkan mengambil batuan yang ada di dalam tubuh gua pun harus dipertimbangkan, karena setiap gua memiliki struktur geologi yang khas.
Lebih jauh ia menegaskan pada dasarnya, sebuah gua tidak bisa dimiliki perseorangan meskipun berada di lahan pribadi.
Comments