Flash InfoTechno

Gua Braholo Di Gunungkidul, Bukti Makhluk Purba Sudah Mengenal Tata Letak

0

Keterampilan menata letak atau layout ruang tempat tinggal, bukan hanya dimiliki oleh manusia di zaman modern, melainkan juga dimiliki oleh makhluk purba.

Bukti bahwa manusia purba sudah terampil dalam mendesain interior rumah tinggal, terlihat dalam hasil penelitian para peneliti dari Badan Arkeologi Nasional, didukung oleh Toyota Foundation, Jepang, di Gua Braholo, Dusun Semugih, Semugih, Rongkop.

Pemilik Gua Braholo, Kusno menampakkan raut wajah berseri dan begitu antusias mengajak Harian Jogja masuk dan mendalami tubuh gua yang ia miliki dari keluarga secara turun-temurun itu. Gua tepat berada di sebelah utara rumahnya, hanya dibatasi oleh jalan kampung.

Sebelum memasuki gua yang menghadap ke arah barat daya seluas 1.170 meter persegi, kami menaiki sebuah tangga. Sampai di atas, pintu gua yang begitu lebar dan tinggi menyambut, dengan ribuan stalagtit berwarna putih khas bebatuan karst dan hijau karena lumut. Suara kelelawar menandai sebuah kehidupan kecil dari atas langit-langit gua yang tingginya berjarak 15 meter dari lantai gua.

Pagar berwarna gelap dengan lubang bekas galian tanah berbentuk huruf ‘L’ di tengahnya menjadi pemandangan pertama dari mulut gua yang memiliki lebar 39 meter dan panjang 30 meter itu. Lubang-lubang ini sebelumnya terpetak-petak dengan baik, namun gempa yang mengguncang Bantul pada 2006 membuat tanah di beberapa titik galian menjadi ambrol.

Kusno sendiri bukan sekedar pemilik gua, ia juga menjadi orang yang diserahi tanggung jawab oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta (BPCB Y). Sambil menemani Harian Jogja mengambil sejumlah gambar ruang gua, bapak dua anak itu menerangkan bahwa ia mulai memiliki gua sejak 1994.

Sejak 1994 hingga 2000, Badan Arkeologi Nasional Republik Indonesia didukung Toyota Foundation, Jepang melakukan penggalian pertama di sana. Namun, kegiatan itu terhenti.

Dari lubang-lubang penggalian sebanyak 14 kotak, sedalam tiga hingga tujuh meter, dijumpai sejumlah fosil dan temuan. Di antaranya tembikar, sisa biji-bijian yang sebagian terlihat terbakar dan hangus, sisa fauna melimpah, sisa pengolahan batu, sisa pengolahan tulang dan cangkang kerang.

“Penemuan itu terpisah-pisah tempatnya, kalau di kotak paling barat pojok, katanya itu tempat sampahnya mereka, ditemukan banyak kumpulan fosil tulang-tulang berbentuk kecil-kecil. Kalau di sini ditemukan tulang yang berukuran lebih besar, kemungkinan ini tempat mereka mengolah makanan, daging-daging,” terang lelaki berusia 58 tahun ini, saat ditemui Selasa (22/9/2015).

Sedangkan, lanjut Kusno, di tengah-tengah gua, yang ukurannya lebih luas, diduga para peneliti menjadi lokasi yang paling banyak digunakan untuk beraktivitas. Sisi paling selatan gua menjadi lokasi mereka tidur. Sehingga, terlihat jelas bahwa setiap sisi gua memiliki fungsinya masing-masing. Layaknya ruang di dalam rumah manusia masa saat ini, ada dapur, ruang keluarga, ruang tidur.

Dalam proses penggalian, jelas kakek dua orang cucu itu, juga dijumpai batu rijang berwarna kehijauan, kekuningan dan putih kecoklatan yang pada masa purba digunakan sebagai pisau.

“Fosil-fosil dititipkan ke Museum Sangiran, Jawa Timur,” ucap suami Sakinem ini.

Mengamati kondisi luar gua yang masih banyak semak belular dan bebatuan, ada papan yang berisi keterangan mengenai Gua Braholo, dipasang oleh BPCB Y di teras gua.

Keterampilan manusia purba memilih untuk bermukim di lokasi strategis dan mendesain interior juga dikuatkan oleh naskah di dalamnya.

“Aspek keruangan membuat sirkulasi udara dan penyinaran sangat baik. Posisi gua yang berada di lereng bukit mudah dicapai. Dari sudut pandang, bagian tengah gua sangat ideal sebagai hunian”, sebutnya.

Belum selesai, lokasi ‘pemakaman’, tempat di mana fosil rangka manusia purba ditemukan juga terpisah. Di salah satu lubang dijumpai fosil manusia purba laki-laki dan perempuan saling memunggungi. Di lubang yang lain ada fosil rangka anak kecil. Tiga rangka lain ditemukan di lubang yang berbeda lagi.

Kusno lagi-lagi menjabarkan, bahwa peneliti dari Badan Arkeologi Nasional yang pertama kali menjadi pemimpin penelitian di sana, Prof.Truman Simanjuntak baru saja bertandang ke sana pada Senin (21/9/2015) lalu. Dan memeriksa serta memfoto kondisi gua, dalam waktu dekat, penelitian yang sempat terhenti akan berlanjut lagi. Namun bukan lagi Jepang yang menjadi penyokongnya, melainkan pihak dari Australia.

‘Kondisi gua terpelihara dengan baik’, tulis Prof.Truman dalam buku tamu pengunjung Gua Braholo.

Kusno hanya berharap, perhatian pihak pemerintah kepada Gua Braholo bisa lebih baik dan menjadikan gua tersebut sebagai gua wisata, yang bisa menambah pengetahuan masyarakat.

Sementara Sakinem, istri Kusno, menjelaskan, selama proses penelitian, rangka dan fosil manusia purba dibawa ke rumahnya, untuk direkonstruksi atau dibentuk kembali, terutama rangka-rangka tengkorak atau belulang yang retak atau pecah.

“Ukuran tengkorak manusia purba jauh lebih besar daripada kepala manusia zaman sekarang,” ungkapnya.

Hati-hati! Paska-Tragedi Mina, Penipu Gentayangan

Previous article

Flash Sale Redmi 2 Prime Dibuka Hari Ini

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Flash Info