Dua fighter gugur dalam tugas. Bagaimana sosok Letkol Pnb Marda Sarjono dan Kapten Pnb Dwi Cahyadi yang sama-sama bertugas di Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Madiun.
Dwi Cahyadi adalah lulusan AAU 2005 kelahiran 6 Juli 1984. Setelah lulus dari Sekbang Angkatan 74 kemudian bergabung di Lanud Iswahjudi. Ia gugur saat masih menjabat sebagai Komandan Flight Ops C Skuadron Udara 15.
Pria bersandi burung ostrich ini pertama kali melakukan terbang solo tanpa instruktur menggunakan T-50i pada 2014 silam di Lanud Adisumarmo Solo.
Jenazah Dwi tiba di rumah duka Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Minggu (20/12/2015) pukul 17.00 WIB disambut puluhan alumni AAU 2005 dan keluarga. Rencananya jenazah akan dimakamkan kesokan harinya, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara Jogja. Ia meninggalkan seorang istri, Dwi Wanito Ambarsari dan dua anak, Ega, 5, dan Iyan, 2.
Saat kejadian, Bonirah, 60, orangtua Dwi, sedang dalam perjalanan ke arena Gebyar Dirgantara. Belum sampai lokasi ia melihat asap hitam membumbung tinggi pesawat yang ditumpangi anaknya jatuh. Ia datang menggunakan motor agar cepat sampai lokasi, namun tak lagi bisa menyaksikan penampilan anaknya menarikan burung besi di udara.
Sewaktu kecil Dwi tinggal di Jalan Nusa Indah, Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman. Ia tercatat sebagai siswa SDN Ringinsari. Sejak kecil menjadi anak periang dan cerdas. Keinginannya menjadi penerbang sudah terlihat ketika waktu kecil suka menggambar pesawat. “Sejak kecil selalu menggambar pesawat,” ucap Bonirah.
Lain lagi dengan cerita Kusumo yang tinggal di dekat rumah Dwi di Sambilegi, hal paling terkesan bagi dia yaitu, sejak kecil Dwi suka membantu orangtua. Bahkan tidak malu berjualan es lilin saat bersekolah di bangku SD. Itu dilakukan demi membantu orangtuanya. “Waktu itu kadang bawa es lilin dijual ke sekolah,” ungkapnya.
Comments