Cuaca yang tidak menentu merugikan para perajin batu bata di Banguntapan, Bantul. Batu bata setengah jadi terpaksa rusak karena terkena air hujan.
Salah seorang perajin batu bata di Dusun Banjardadap, Banguntapan, Bantul Temu Budi Wiyono mengatakan, batu bata rusak akibat terkena air hujan. Padahal ia sudah menutupi bata buatannya dengan plastik.
“Tapi kalau hujan deras tetap terkena air dan tetap rusak,” ungkap Temu Budi Wiyono, Kamis (10/3/2016).
Para perajin saat ini tetap membuat batu bata, karena mengira hujan jarang turun lantaran cuaca belakangan ini tidak menentu. Namun cuaca yang kadang panas dan diharapkan berguna untuk mengeringkan batu bata, tiba-tiba hujan. Padahal batu bata sudah terlanjur dijemur di lokasi produksi yang berada di luar bangunan.
Kondisi seperti ini menurutnya merugikan perajin. Biasanya perhari ia mampu memproduksi 500 buah batu bata, saat hujan hanya bisa membuat separuhnya.
“Kalau hujan paling hanya separuhnya 250 buah [produksi batu bata]. Itu saja pasti banyak yang rusak terkena air hujan, dan terpaksa harus saya buat ulang,” katanya lagi.
Selain volume produksi berkurang, proses pembuatan batu bata menjadi lebih lama. Biasanya ia memproduksi batu bata selama seminggu, kini mencapai dua hingga tiga minggu untuk jumlah yang sama.
Perajin batu bata lainnya Manthuk mengungkapkan, biasanya dalam waktu satu hari ia mampu menjual 5.000 buah batu bata. Saat ini untuk menjual batu bata sebanyak itu, lama produksinya tergantung cuaca.
Comments