Minat baca buku di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih rendah. Hal tersebut dikarenakan masyarakat lebih memilih untuk membaca dan mendapatkan informasi dari internet.
Kepala Seksi Layanan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah ‘Grhatama Pustaka’ Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) Meiranti Nurani pada Jumat (22/4/2016) mengatakan di era serba digital seperti saat ini, sesungguhnya minat baca tidak dapat dinilai dari tingkat kunjungan ke sebuah perpustakaan, selain itu minat untuk membaca juga tidak bisa dilihat lagi dari tingkat sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku.
Walaupun tingkat kunjungan ke Grhatama Pustaka sebanyak 800 orang per hari, di masa kini orang-orang memilih untuk mencari sumber informasi alternatif. Bahkan ketika ada orang yang berkunjung ke perpustakaan, bisa saja mereka hanya berkunjung sebentar, melepas penat atau hanya menemani keluarga untuk menghabiskan waktu luang bersama.
Meski demikian BPAD DIY tetap melakukan upaya untuk meningkatkan minat baca melalui keberadaan pojok-pojok baca di sejumlah ruang publik, misalnya saja di Rumah Sakit (RS), Pusat Kesehatan Masyarakat, hingga ke pasar.
Penempatan pojok baca ini mempertimbangkan pula tingkat keramaian di lokasi-lokasi tadi. Saat ini, BPAD setidaknya telah memiliki pojok baca di lima RS, yakni RS Umum Pusat dr.Sardjito, RS Condong Catur, RS Jogja, RS PKU Muhammadiyah Gamping. Pada tahun ini BPAD DIY merencanakan menambah lima pojok baca lagi di ruang publik di Jogja.
“Penempatan pojok baca di tempat publik karena langsung dekat dengan masyarakat sebagai pembaca,” tuturnya, usai kegiatan Motivasi Minat Baca yang diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Jogja.
Salah satu Pustakawan BPAD DIY Atmi Satwati mengungkapkan, dengan adanya pergeseran kebiasaan mencari informasi dari internet, minat baca buku secara konvensional ini membuat perpustakaan kehilangan pengunjung, begitu pula minat anak didik untuk membaca buku.
Sehingga memang sangat perlu sebuah perpustakaan berbenah diri untuk mengikuti perkembangan zaman. Perpustakaan sudah bertransformasi, dari yang sebelumnya dikenal sebagai sebuah gudang buku, memiliki banyak larangan ketika dikunjungi, bahan pustaka dalam bentuk cetak, dan ada sirkulasi bahan pustaka.
Kini menjadi penyedia informasi, sentra pengembangan sumber daya manusia, memberikan informasi berbasis teknologi informasi dan bukan hanya menyediakan bahan pustaka cetak namun juga pustaka rekam.
Comments