Berawal dari berjualan dengan tenggok, nasi pecel Bu Wiryo kini menjadi salah satu legenda kuliner di Kota Pelajar ini. Sejak tahun 1959, warung sego pecel yang berada di Jalan Agro CT VIII Klebengan ini masih saja ramai pembeli, baik pelanggan baru maupun pelanggan lama yang notabenenya merupakan para alumnus sejumlah perguruan tinggi di Jogja.
Sudadil, pengelola SGPC Bu Wiryo mengatakan, sego pecel dijajakan kali pertama di kawasan Pagelaran Kraton, Alun-alun Utara. Bu Wiryo menjajakan nasi pecelnya dengan sebuah tenggok dan berkeliling. Tidak lama berjualan di kawasan Alun-alun Utara, Bu Wiryo memutuskan untuk pindah jualan di kawasan kampus Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Kebetulan suaminya saat itu juga bekerja di UGM sebagai penjaga malam. Waktu itu jualannya juga masih pakai tenggok lingkungan Kantor Pusat UGM, tepatnya di bawah pohon sawo kecik. Lama kelamaan pelanggannya mahasiswa semakin banyak,” ujar Sudadil saat ditemui Harianjogja.com, baru-baru ini.
Sudadil memaparkan, pelanggannya yang sebagian besar mahasiswa semakin banyak. Hingga akhirnya sebuah warung kecil seperti kantin berdiri di lingkungan kampus ini. Namun, di tahun 1994, rektor yang kala itu memimpin mengatur kawasan kampus bersih dari pedagang kaki lima dan para pedagang dipindahkan di kawasan Klebengan.
Meski pindah lokasi, namun penggemar nasi pecel Bu Wiryo tak pernah surut. Sedari awal usaha tersebut berjalan, hanya dua menu yang disajikan warung yang berlokasi dekat Fakultas Peternakan UGM ini. Selain nasi pecel, menu nasi sop juga menjadi sajian yang terus dipertahankan hingga saat ini.
“Nama SGPC ini juga ide dari pelanggan mahasiswa Bu Wiryo. Karena setiap makan ke warung ini mereka [pelanggan] sering mengucap SGPC saja,” ungkap Sudadil.
Seiring dengan banyaknya pelaku-pelaku bisnis kuliner yang kian menjamur di Jogja, tak dipungkiri kota ini makin penuh dengan variasi makanan yang lebih modern. Apalagi lokasi SGPC Bu Wiryo yang berada di kawasan kampus dan kulinernya mahasiswa Jogja.
Namun, kepopuleran warung makan ini tetap menjadi kenangan bagi sebagian besar pelanggan yang pernah mencicipi kuliner khas Jawa dari olahan Bu Wiryo. Sudadil mengatakan, sejumlah alumnus UGM maupun perguruan tinggi lainnya yang sukses menjadi tokoh besar nasional juga masih sering mampir untuk sekedar melepas rindu pada jajanan anak kos di era 1970an.
“Memang untuk mahasiswa saat ini, tidak banyak yang menjadi pelanggan kami. Kebanyakan dari mereka lebih menyukai variasi menu makanan yang dijual di luaran. Kalau pun mampir ke sini, biasanya karena orang tuanya yang dulu pernah menjadi pelanggan setia warung ini,” jelas Sudadil.
Lutfi Hasan, salah satu pelanggan warung ini merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Dia mengaku mengetahui warung sego pecel Bu Wiryo lewat kedua orang tuanya yang kini menetap di Padang.
“Ayah saya kebetulan alumnus UGM. Waktu mengantar saya mau kuliah di Jogja, ayah mengajak saya makan di warung SGPC ini. Ayah cerita tentang warung legendaris ini dan menu-menunya. Ternyata memang enak dan unik, karena kita makan sambil ditemani musik,” ungkap Lutfi.
Comments