Jumlah kendaraan yang terus meningkat tanpa dibarengi penambahan jumlah jalan raya membuat Jogja semakin terasa sesak. Pemda DIY pun mengincar cara lain untuk mengurangi problem kemacetan yang terjadi di Jogja.
Kepala Seksi Transportasi Kota Dinas Perhubungan DIY Rizki Budi Utomo menuturkan selama ini pembahasan soal kemacetan selalu menyinggung keterbatasan kapasitas jalan. Padahal menurutnya kapasitas jalan raya tak mungkin langsung bertambah. Kalaupun bertambah pertumbuhannya akan kalah cepat dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor pribadi.
“Di Jogja itu, setiap tahun ada 8.000-10.000 sepeda motor baru, pertumbuhannya sangat cepat,” kata dia di kantor Dinas Perhubungan DIY belum lama ini.
Upaya menyediakan jalan raya baru untuk akses dalam kota pun menjadi sulit karena keterbatasan lahan baik untuk menambah maupun memperlebar jalan raya. Langkah lain yang sekarang sedang digarap Pemda DIY pun bergeser dengan mencoba merekayasa volume kendaraan yang melaju di jalanan kota Jogja.
Untuk merekayasa volume itu Pemda DIY mengandalkan keberadaan angkutan massal, salah satunya Trans Jogja yang sampai saat ini beroperasi dengan dukungan subsidi dari APBD DIY. Rizki menuturkan dalam sekali angkut Trans Jogja dapat menampung 41 penumpang. Dalam setahun jumlah penumpang yang dapat dilayani mencapai sekitar 6,5juta penumpang. Meskipun belum efektif, tetapi langkah itu dinilai menjadi salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengurangi volume kendaraan.
“Kalau ibaratnya 41 orang itu semua naik kendaraan pribadi berarti di jalan akan ada 41 kendaraan yang beroperasi. Langkah ini memang berat dan harus diikuti kebijakan lain agar lebih efektif menekan kemacetan,” imbuh dia.
Terpisah, Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan, Bidang Bina Marga,Dinas Pekerjaan Umum Perumahan, Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY, Bambang Sugaib membenarkan sudah tak mungkin menambah jaringan jalan raya di area perkotaan. Pasalnya sudah tak ada lagi lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan jalan raya.
Comments