Sate Mbah Margo merupakan salah satu kuliner tenar dan legendaris di Kulonprogo. Sajian satai kambing yang sudah ada sejak 1945 itu menawarkan tekstur daging yang empuk dan gurih berkat racikan bumbu rempah andalan.
“Satai kami mulai dikenal luas sejak tahun 1980,” kata salah satu anak Mbah Margo, Paulina Suparni kepada Harian Jogja pada akhir Juni lalu.
Menurut Paulina, kelebihan Sate Mbah Margo terletak pada racikan bumbunya. Daging menjadi lebih gurih dan berbau sedap. Pemilihan daging kambing sebagai bahan utama juga tidak sembarangan. Mereka menyembelih kambing secara mandiri dan harus habis pada hari yang sama agar terjamin kesegarannya. Usia kambing juga menjadi pertimbangan penting, harus yang belum poel atau tanggal giginya tetapi juga bukan yang terlalu muda.
Warung Sate Mbah Margo rata-rata menghabiskan dua ekor kambing setiap hari. Jumlah itu setara dengan 200 porsi satai dan olahan lainnya, seperti gulai, tongseng, tengkleng, dan nasi goreng kambing. Harga yang dipatok pun relatif terjangkau, yaitu Rp25.000 untuk satu porsi satai atau tongseng lengkap dengan nasi dan minumannya. “Saat masa liburan, kami bisa menghabiskan empat sampai tujuh ekor kambing dalam sehari,” ujar anak ketiga dari lima bersaudara itu.
Paulina lalu memaparkan, konsumen Sate Mbah Margo berasal dari berbagai kalangan. Keluarga Pakualaman pun disebut menjadi pelanggan setia yang selalu mampir untuk makan di warung Sate Mbah Margo setiap berkunjung ke Kulonprogo. “Sebelum tutup usia, Paku Alam IX juga sering sekali mampir ke warung kami. Beliau kadang datang bersama keluarga atau cuma sendiri,” ucap perempuan berusia 55 tahun tersebut.
Salah satu konsumen bernama Katarina mengaku penasaran dengan cita rasa Sate Mbah Margo setelah diberitahu oleh saudaranya yang tinggal di Kulonprogo. “Saya datang ke sini sama anak-anak mumpung lagi liburan. Ternyata rasanya memang sangat enak seperti yang diceritakan,” ujar warga Jakarta itu
Comments