Curah hujan di Sleman selama Oktober ini diprediksi semakin meningkat akibat adanya cuaca ekstrem. Puncak musim hujan sendiri akan terjadi pada Januari 2017. Warga diharapkan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana di wilayahnya masing-masing.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Jogja, Tony Agus Wijaya mengatakan, curah hujan saat ini masuk kategori tinggi hingga sangat tinggi. Hujan yang terjadi selama Oktober diprakirakan menyelimuti wilayah Sleman dan Kulonprogo.
“Curah hujan bahkan bisa mencapai 300-400 milimeter. Hujan sekarang ini tidak lagi terdistribusi secara normal seperti dulu,” katanya saat jumpa pers di Pemkab Sleman, Kamis (6/10/2016).
Hujan kategori tinggi-sangat tinggi akan mengguyur wilayah Tempel, Sleman, Turi, Pakem, Ngaglik, Mlati, Seyegan, dan Cangkringan. Adapun di wilayah Kulonprogo, hujan diprakirakan melanda wilayah Samigaluh, Kalibawang, Temon, Girimulyo, Nanggulan, dan Kokap.
Menurutnya, awal musim hujan di DIY maju antara dua hingga tiga minggu dibandingkan normalnya. Untuk wilayah Sleman, Kulonprogo, Kota Jogja dan Bantul Utara, awal musim hujan berlangsung sejak akhir September.
Sedangkan awal musim hujan di Bantul Selatan dan Gunungkidul jatuh pada awal Oktober. “Selama periode awal musim hujan, potensi cuaca ekstrim semakin meningkat,” katanya.
Kondisi cuaca ekstrim yang terjadi ini salah satunya disebabkan perubahan iklim. Suhu permukan air laut di selatan Pulau Jawa lebih hangat 1-2 derajat celcius dibanding normalnya, kenaikan suhu permukaan air laut di barat Sumatera, kondisi La Nina yang lemah di skala -0.67, melemahnya angin timuran dan menguatnya angin baratan, serta posisi gerak semu matahari pada Oktober berada di atas Jawa atau di sebelah selatan garis ekuator.
Faktor tersebut mengakibatkan peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah DIY. Dampaknya, intensitas hujan di atas 50 mm perhari, disertai petir dan angin kencang berkecepatan di atas 45km/kam, dan suhu maksimum saat siang hari mencapai 34 derajat celcius.Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja |
Comments