Keberadaan ratusan pengemis yang hilir mudik di DIY terutama di ruas jalan Kota Jogja rupanya digerakkan oleh mafia. Keterangan itu terungkap saat dengar pendapat dalam rangka menerima masukan masyarakat terkait pembahasan Rakepwan tentang rekomendasi DPRD DIY terkait pengawasan Perda DIY No. 1/2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis, Selasa (18/10/2016).
Peneliti Senior Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM Muhadjir menjelaskan meski belum ada penelitian khusus, tetapi fenomena semacam mafia pengemis sesungguhnya ada di Jogja. Bahwa pengemis datang ke Jogja ada pihak yang sengaja mengorganisir mereka sebagai ujung tombak untuk bisnis agar mendapatkan keuntungan ekonomi. Keberadaan pengemis yang didrop sejumlah mobil dari luar Jogja sebenarnya telah menjadi cerita lama.
“Saya kira itu harus ada penelitian serius [terkait isu ini] untuk mengetahui itu secara jelas dan cermat dan itu bisa menjadi dasar pembuatan kebijakan [dalam penanggulangan gelandangan pengemis],” terangnya di Gedung DPRD DIY, Selasa (18/10/2016).
Ia menegaskan, dalam fenomena itu pengemis muncul bukan karena kemiskinan. Akantetapi menjadikan kegiatan mengemis itu sebagai pekerjaan, bahkan bukan tidak mungkin ada pengemis yang kaya juga beroperasi di Jogja. Mereka sebenarnya memiliki fasilitas memadai di tempat tinggalnya, tetapi karena aktivitas mengemis menuntut untuk berganti pakaian buruk sehingga melakukannya disaat akan mengemis.Sunartono/JIBI/Harian Jogja |
Comments