Pernahkah Anda kerokan untuk mengurangi gejala masuk angin dan pegal-pegal di tubuh? Selama ini kerokan memang dianggap mampu meredakan segala macam penyakit ringan seperti pusing, pegal-pegal, masuk angin, dan lain sebagainya. Lantas, amankah kerokan dilakukan?
Dihimpun Solopos.com dari laman Ubudhealingcenter.com, Selasa (3/1/2017), kerokan merupakan pengobatan tradisional asli Indonesia yang banyak dilakukan oleh orang Jawa dan Bali ratusan tahun yang lalu. Pengobatan ini dilakukan dengan cara mengoleskan minyak atau balsem dan menggesekkan benda tumpul seperti koin, batu giok, hingga potongan bawang merah ke kulit. Minyak tersebut berfungsi untuk melicinkan permukaan kulit yang akan dikerok.
Meski berasal dari Indonesia, jenis pengobatan itu juga berkembang di berbagai negara Asia lain seperti Kamboja, Vietnam, dan Tiongkok. Masyarakat Kamboja menyebut kerokan dengan nama cao giodi. Sementara di Tiongkok penngobatan itu disebut gua sau. Sedangkan orang Kamboja menyebutnya goh kyol.
Dihimpun dari Thejavajive.com, bagian tubuh yang paling sering dikerok adalah punggung. Pasalnya, bagian tersebut memiliki jaringan pembuluh darah yang sangat banyak. Bagian tubuh yang memiliki banyak pembuluh darah itu jika digesek akan mengalami peradangan yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah. Peradangan ini ditandai dengan munculnya warna merah pada bagian tubuh yang telah dikerok.
Selama ini, kebanyakan orang menganggap jika semakin merah bekas kerokan, maka makin parah pula sakit yang diderita. Padahal, anggapan tersebut tidak benar. Pasalnya, kulit yang memerah setelah dikerok itu menandakan pembuluh kapiler yang awalnya kosong menjadi lebih lebar dan dialiri banyak darah. Pembuluh darah yang melebar itu nantinya akan memperlancar aliran darah ke tubuh.
Jika aliran darah lancar, maka akan lebih banyak oksigen dan nutrisi yang masuk ke tubuh. Oksigen yang diangkut oleh darah itu akan masuk ke jaringan otot yang kaku dan menghilangkan rasa pegal Kendati demikian, kerokan juga bisa menimbulkan bahaya bagi tubuh.
Terlalu sering melakukan kerokan justru menyebabkan kecanduan. Pasalnya, kerokan dapat meningkatkan hormon endorfin dalam tubuh yang mampu menekan rasa sakit. Tak hanya itu, terlalu sering kerokan juga mengakibatkan banyak pembuluh darah kecil pecah.
Lebih lanjut, beberapa hasil penelitian memaparkan kerokan bisa membuat berbagai bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh. Hal itu disebabkan karena kondisi pori-pori kulit yang terbuka setelah dikerok. Selain itu, kerokan juga bisa mengakibatkan stroke apabila dilakukan di bagian leher yang memiliki banyak saraf yang menyambung ke otak. Sebaiknya, lakukan pengobatan tradisional ini hanya pada punggung. (Chelin Indra Sushmita/JIBI/Solopos.com)
Comments