Kawasan Malioboro menjadi salah satu tujuan wisata utama bagi sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Jogja. Untuk mengenalkan lebih dekat tentang kawasan ini, Komunitas Malamuseum membuka jelajah Malioboro bertajuk Malioberen, Plesiran di Malioboro, Sabtu (14/1/2017).
Ketua Komunitas Malamuseum, Erwin Djunaedi mengatakan kegiatan serupa pernah dilakukan sebelumnya pada pertengahan tahun 2015. Saat itu, kawasan pejalan kaki di Malioboro masih berantakan dengan kondisi parkir yang belum tertata rapi.
“Akhirnya, kami hentikan sampai dapat informasi jika Malioboro mau dijadikan pedestrian, lalu kami mulai membuat program Jelajah Malioboro lagi,” ujar Erwin kepada Harianjogja.com.
Sejak itu, kata Erwin, komunitas ini mulai melakukan riset tentang kawasan ini. Bukan hanya tentang nama Malioboro, tetapi juga mencari tahu tentang berbagai sejarah yang ada di sepanjang kawasan ini. Menggunakan istilah Bahasa Belanda, Malioberen, yang diartikan sebagai aktivitas jalan-jalan, komunitas ini ingin mengajak masyarakat Jogja tak sekadar jalan-jalan santai menikmati Malioboro, tetapi juga mengulik sejarah masa lalu kawasan ini sebagai bagian dari sejarah Kota Jogja.
“Kami menemukan kata itu [Malioberen] di sebuah koran berbahasa Belanda yang diterbitkan tahun 1940. Kami kemudian sadar bahwa ternyata Malioboro sudah menjadi kawasan wisata sejak tahun 1900-an awal,” jelas Erwin.
Diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat terutama wisatawan Jogja tak hanya menjadikan Malioboro sebagai rujukan untuk mencari oleh-oleh semata. Akan tetapi, wisatawan juga dapat membawa pengetahuan tentang sejarah unik dari kawasan wisata ini. Erwin menambahkan, selama ini Jogja belum memiliki aktivitas semacam walking tour seperti yang telah berkembang di Jakarta dan Bandung.
“Maka dari itu, kami ingin Jogja memiliki walking tour di pedestrian ini dengan mengangkat sejarah dari Malioboro,” imbuh Erwin.
Rencananya, kegiatan ini akan menjadi agenda rutin komunitas yang berdiri sejak 2012 lalu itu. Pada peluncuran perdana Malioberen, digelar dua sesi Jelajah Malioboro. Sesi pertama dimulai pukul 15.00 WIB dengan titik kumpul di depan Plaza Monumen Serangan Omoem 1 Maret dengan rute ke utara menuju Kantor Dinas Pariwisata DIY. Dilanjutkan sesi kedua dari Dinas Pariwisata menuju ke selatan yakni kawasan Titik Nol Kilometer Jogja.
Erwin mengungkapkan, program ini dimulai dengan mengajak orang dengan menyebarkan pengumuman lewat akun media sosial @malamuseum. Respons pengguna sosial media yang ingin mengikuti tur ini, kata mahasiswa Jurusan Sejarah, UGM itu sangat baik. Namun, untuk tur ini, peserta dibatasi 30 orang, agar penyampaian informasi tentang sejarah Malioboro dapat disampaikan dengan baik.Holy Kartika N.S./JIBI/Harian Jogja |
Comments