Memiliki sebuah rumah boleh jadi target Anda pada tahun ini. Sebentar, sebelum melangkah lebih jauh ada baiknya Anda mengetahui kriteria lokasi- rumah itu sehat seperti apa.
Harapannya, agar rumah Anda yang memiliki betul-betul memberikan suasana nyaman dan menyehatkan. Tak dapat disangkal mempunyai rumah pada saat ini bukan perkara gampang. Sebab rumah-rumah berlokasi strategis dekat dengan ibu kota, misalnya, memiliki harga yang kurang bersahabat dengan kantong.
Sisi lainnya, hunian-hunian dengan harga terjangkau berada di wilayah-wilayah pelosok. Belum lagi sebuah riset Rumah123.com dan Karir.com seperti dikutip dari Bisnis.com baru-baru ini mengemukakan, generasi milenial lambat laun akan semakin kesulitan membeli rumah.
Riset tersebut menyebut generasi Y kelahiran 1981 hingga 1994 hanya 17% yang mampu membeli rumah tapak sekunder seharga Rp300 juta di Jakarta. Dengan demikian generasi milenial semakin sulit membeli rumah di Jakarta.
Terlepas dari hal-hal yang tampak mengerikan itu, kita seyogianya tetap harus memperhatikan aspek kesehatan dalam menentukan lokasi hunian. Arsitek Sigit Kusuma Wijaya mengakui kini agak sukar mencari lokasi rumah yang sehat. Selain lahan yang semakin sedikit, harganya terus menanjak menjadi persoalan yang tak dapat dihindari para pencari rumah. Dia berpandangan penentuan lokasi rumah bergantung pada kemampuan seseorang mengeluarkan dana untuk membeli lahan atau rumah tersebut.
Pada situasi sekarang menemukan lokasi rumah sehat dengan akses mudah ke ibu kota seperti mencari jarum di tengah jerami. “Untung-untungan sekarang kalau cari lokasi rumah strategis dan sehat,” ujarnya, Jumat (13/1/2017). Di luar perkara mahalnya harga lahan, Sigit mengatakan idealnya lokasi rumah itu dekat dengan lingkungan kerja dan fasilitas umum. Dengan begitu penghuni tidak perlu menghabiskan banyak tenaga maupun energi menuju tempat-tempat tersebut.
Cara ini pun, dinilai Sigit, secara tak langsung membantu berperan mengurangi polusi asap kendaraan. Kemudian lokasi rumah patutnya berada di kawasan yang masih jarang rumah maupun bangunan-bangunan komersial lainnya. Sigit mengatakan memiliki rumah di kawasan seperti ini cenderung tenang dan sehat karena jauh dari kebisingan dan polusi. “Tentu rumah sehat itu memiliki halaman yang luas. Inilah faktor yang harus dipenuhi,” ujarnya.
Halaman yang luas, imbuh Sigit, memberikan beragam manfaat bagi penghuni rumah. Di sana mereka bisa memanfaatkan untuk menanam tanaman-tanaman yang berfungsi menghasilkan oksigen berkualitas. Sementara itu penulis arsitektur Imelda Akmal dalam bukunya Rumah Mungil Yang Sehat mengatakan dilihat dari lokasinya, rumah sehat adalah rumah yang berada di lingkungan hijau, bersih, dan iklim serta temperatur yang ideal.
Disarankan Imleda sebelum membeli tanah atau rumah, sebaiknya Anda cermati terlebih dahulu peruntukan lokasi tapak di wilayah tersebut hingga 10 tahun ke depan. Informasi ini, tuturnya, bisa didapatkan dari data Rencana Umum Tata Ruang Kota/Daerah. Melalui hal tersebut, Anda bisa memperhatikan peruntukan kawasan tersebut untuk pemukiman atau fungsi lainnya. Setelah itu perhatikan lingkungan sekitarnya apakah pada radius sekitar dua kilometer terdapat pabrik, bandar udara, rel kereta api, atau pembuangan sampah. Sebab tempat-tempat tersebut harus dihindari jika ingin memiliki rumah di lokasi sehat.
Area industri, umpamanya, mengeluarkan gas-gas yang seringkali beracun dan berbahaya. Limbah industri pun sering mencemari air, tanah. dan lingkungan. Kemudian, bandar udara dan rel kereta api memiliki kebisingan yang sangat tinggi. Selain mengganggu pendengaran, kebisingan itu juga mengakibatkan penghuni sulit berkonsentrasi, tidur nyenyak serta depresi.
Permasalahan lainnya di Indonesia sebagai wilayah tropis suhu rata-ratanya mencapai di atas 30o C dan kelembapan udaranya sekitar 80%. Hal tersebut tidak begitu baik bagi penghuni. Menurut Imelda agar mencapai iklim ideal di dalam rumah dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain mengolah rancangan atap, dinding, jendela agar mengurangi kelembapan dan menurunkan suhu udara. Di samping itu iklim yang kelembapannya sang tinggi, juga memudahkan nyamuk berkembang biak.
Serangga ini berpotensi membawa penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan kaki gajah. Tak hanya itu udara yang panas membuat penyakit seperti disentri, tifus mudah menyebar. Berkaca pada permasalahan ini Imelda menyarankan Anda agar memilih lokasi rumah yang memiliki sinar matahari yang baik, hangat, tetapi cukup sejuk di malam hari. Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah ketinggian dataran.
Tinggi tanah ideal untuk rumah di daerah tropis adalah 200 meter di atas permukaan laut untuk menghindari nyamuk dan lalat. Imelda menuturkan jika memilih rumah dekat pantai, hendaknya memiliki ketinggian lantai minimum satu meter di atas gelombang tertinggi air laut.
Comments