Kasus balita kekurangan gizi di Sleman naik 0,06%. Jika pada 2015 Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat kasus gizi buruk 0,40% maka pada 2016 kasus balita gizi buruk meningkat menjadi 0,46 %
Wakil Bupati Sri Muslimatun menjelaskan, sektor kesehatan masih menjadi prioritas pembangunan di Sleman. Salah satu hal yang mendorong perhatian di sektor ini karena kasus gizi buruk mengalami kenaikan. “Usia balita merupakan masa emas bagi tumbuh kembang anak untuk mewujudkan generasi muda yang sehat dan berkulitas. Kalau kasus gizi buruk meningkat, perlu penanganan serius,” kata Muslimatun di Balai Desa Sariharjo, Ngaglik, Jumat (10/2).
Dia menjelaskan, pada 2015 hingga 2035 jumlah balita dan anak mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia. Agar balita-balita tersebut sehat, orangtua tidak boleh salah dalam mengasuh anaknya. Salah satu pola pengasuhan yang baik, lanjut Muslimatun, orangtua perlu menerapkan pola 3 A, asa, asih, dan asuh. Orangtua perlu memahami karakter anaknya. “Anak menangis berarti bisa sakit, kurang nyaman ataupun lapar. Orangtua harus bisa memahami anak dengan mendidik, memberikan gisi seimbang serta menyanyangi anak,” katanya.
Pemerintah, kata Muslimatun, secara rutin memantau keberadaan ibu hamil yang memiliki resiko melalui Peta Ibu Hamil di 1.212 dusun di Sleman. Hal itu dilakukan agar kasus angka kematian ibu (AKI) juga terus mengalami penurunan. Banyak program yang dicanangkan pemerintah, mulai Gerakan Sayang Ibu, Desa Siaga hingga Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). “Untuk memberikan pertolongan persalinan kami juga menyelenggarakan Kelas Ibu Hamil di 25 Puskesmas,” tambah Muslimatun.
Sementara itu, Kepala Dinkes Sleman Nurulhayah menjelaskan, baik Puskesmas maupun klinik pratama dilibatkan dalam menangani masalah gizi buruk dan AKI. Dinkes Sleman mencatat bayi lahir hidup sebanyak 14.134 kasus sementara kematian bayi lahir hanya 51 kasus atau 3,61% selama 2015. Kondisi tersebut menurun dibandingkan kasus AKI pada 2014 lalu di mana bayi lahir hidup sejumlah 14.406 kasus dengan jumlah kematian bayi 67 kasus (4,65%). | Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja |
Comments