Orang tua Yogyakarta zaman dulu sering menyebut listrik sebagai anim (aniem) saja. Tiang listrik di pinggir jalan mereka sebut “cagak anim” (tiang anim) yang maksudnya adalah tiang listrik. Demikian pun ketika mereka menyebut hal ihwal lain yang berhubungan dengan kelistrikan zaman itu.
Nama aniem sebenarnya mengacu pada nama sebuah perusahaan listrik swasta Belanda, yakni ANIEM (Algemeen Nederlands Indische Electriciteit Maatschappij) yang didirikan di Gambir, Jakarta, pada tahun 1897. ANIEM merupakan perusahaan yang berada di bawah NV Handelsvennootschap yang sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini berkedudukan di Amsterdam, Belanda.
Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, perusahaan listrik swasta Belanda ini pun diambilalih oleh negara Indonesia (setelah sebelumnya diambil alih oleh Jepang). Akhirnya beberapa bangunan seperti gardu induk listrik peninggalan ANIEM tingallah menjadi bangunan yang tidak lagi berfungsi sebagai pengelola tenaga listrik.
Di Yogyakarta ada tiga bangunan gardu induk listrik zaman dulu yang oleh orang Jawa (Yogyakarta) disebut sebagai Babon Anim yang masih lestari, yakni Babon Anim di pojok barat depan Pasar Legi Kotagede, Babon Anim di persimpangan Jl Abubakar Ali (belakang Hotel Garuda), dan Babon Anim di persimpangan jalan di sisi barat kampus SMA Negeri 3 (Padmanaba) Kotabaru, Yogyakarta.
Mungkin dulu ada cukup banyak Babon Anim di Yogyakarta atau di kota-kota lain di Indonesia, namun banyak yang kemudian rusak atau sengaja dihilangkan karena berbagai alasan. Yogyakarta masih memiliki tiga buah Babon Anim yang bisa disaksikan hingga sekarang.
Comments