Harga cabai rawit yang masih dijual tinggi hingga saat ini, tidak lagi sekadar persoalan cuaca. Permainan harga oleh mafia cabai dinilai menjadi salah satu pemicu tingginya harga cabai yang dianggap tidak wajar.
Hal itu terkuak dalam Seminar Harga Cabai Semau Gue yang digelar oleh Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia (Aspekindo) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jogja, Rabu (22/2/2017). Ketua Aspekindo, Yoyok Hery Wahyono mengungkapkan fenomena harga cabai ini menjadi keresahan bersama tidak hanya bagi masyarakat atau konsumen cabai, tetapi juga dunia usaha di bidang kuliner.
“Kami mengajak PWI, sebenarnya ingin tahu ada apa dengan fenomena cabai yang luar biasa ini. Ternyata di sini, harga [cabai] sekarang bukan lagi masalah cuaca tetapi ada pihak-pihak yang memainkan harga cabai jadi mahal, dari situ ada mafia cabai,” ujar Yoyok di Gedung PWI Jogja.
Direktur Waroeng SS ini mengatakan dengan kondisi mahalnya harga cabai di Indonesia ini, justru berbanding terbalik dengan harga-harga cabai di luar negeri. Yoyok mencontohkan harga cabai di negara-negara seperti Timur Tengah, Vietnam maupun Selandia Baru harganya bahkan tidak lebih dari Rp50.000 per kilogram.
Sementara harga cabai di Indonesia berkisar dari Rp100.000 hingga Rp200.000 per kilogramnya. Bahkan, kata Yoyok, harga cabai di cabang Waroeng SS miliknya di daerah lain, harganya bisa lebih tinggi dan bervariasi.
“Seperti cabang kami di Surabaya, satu kota hanya beda pasar untuk membeli cabai, harganya bisa terpaut Rp30.000 per kilonya,” imbuh Yoyok. | Holy Kartika N.S./JIBI/Harian Jogja |
Comments