Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta menargetkan 95 persen penduduk akan bebas buta aksara akhir 2017.
“Kami tidak mungkin mengatakan 100 persen karena jumlah pendudukan akan selalu bertambah,” kata Kepala Seksi Kesetaraan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY Heni Indarti di Yogyakarta, Minggu.
Menurut Heni, untuk mempercepat pengentasan buta aksara, Tim Koordinasi Penuntasan Buta Aksara DIY akan menggencarkan Pendidikan Keaksaraan Dasar (PKD) dengan menekankan pengajaran mengenai calistung (membaca, menulis, berhitung). “Melalui PKD jumlah penduduk yang tidak lagi mengalami buta aksara terus meningkat pesat sejak 2015,” kata dia.
Menurut dia, meski sebagian besar telah melek aksara, warga produktif dengan usia 15-50 tahun yang tergolong tuna aksara di DIY masih ada dengan jumlah terbesar ada di Kabupaten Gunung Kidul.
Heni menyebutkan, pada 2015 peserta didik PKD yang telah menerima Sertifikat Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma) sebanyak 2.500 orang dan pada 2016 jumlah penerima Sukma sebanyak 11.100 orang. Sehingga total keseluruhan sejak PKD diberlakukan mulai 2013 hingga 2016, penerima Sukma yang sebelumnya buta aksara di DIY mencapai 25.900 orang.
Sementara itu, menurut dia, setelah mereka lulus dari PKD, bagi peserta berusia 35 tahun ke bawah diarahkan mengikuti program pendidikan paket lajutan.
Sementara bagi peserta pendidikan berusia 35 tahun ke atas akan diarahkan mengikuti program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) untuk merawat kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Menurut Heni, Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) akan menyediakan modal usaha Rp4,6 juta bagi tiap kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas sepuluh lulusan PKD.
Program itu lebih diarahkan bagi tunaaksara berusia 35 tahun ke atas. “Bagi tunaaksara dengan usia minimal 35 tahun, memang cenderung kami arahkan untuk memiliki kecakapan hidup antara lain melalui pelatihan kewirausahaan,” kata dia. (Sumber:Antara)
Comments