Suara besi ditempa bertalu-talu, kayu dipaku, dan bau cat yang masih baru membersamai aktivitas empat orang dewasa di sebuah pekarangan rumah di sudut jalan pedukuhan Gesikan RT 4 RW 04, Sidomoyo, Godean, Sleman sore itu.
Dua buah kerangka andong yang hampir sempurna diletakkan begitu saja, sedang empat orang dewasa sibuk dengan alat pemukul yang dipegang masing-masing.
‘Bengkel Andong Arjuna’ sore itu sama sibuknya dengan sore-sore sebelumnya. Membetulkan sejumlah andong atau kereta kencana yang rusak menjadi aktivitas sehari-hari bagi para pekerja yang semuanya laki-laki di bengkel itu.
Pemiliknya, Widi Rahmanto, 34, membuka cerita awal dirinya memulai mendirikan bengkel andong pada awal 2015 lalu. Berbekal pengalaman yang ia dapatkan sejak ia masih menggarap andong bersama almarhum ayahnya, Musiran di bengkel andong yang berdiri sejak tahun 1962 lalu di wilayah Salakan Jotawang, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Widi kini akhirnya memutuskan untuk mendirikan sendiri bengkel andong di Godean, tempat tinggalnya.
Bersama tiga orang pekerja lainnya, Widi hampir setiap hari menyelesaikan reparasi dan pesanan pembuatan andong ataupun kereta kencana dari pelanggannya. Dalam satu bulan ia dan ketiga pegawainya dapat menyelesaikan hingga 10 andong yang masuk dalam ruang reparasi di bengkel Arjuna.
“Tidak selalu dalam jumlah yang sama setiap bulannya, biasanya ramai kusir andong yang menyervis saat seusai liburan,” kata dia, Senin (6/3/2017).
Sambil membuat kerangka roda kereta, Widi melanjutkan, bengkel andong yang didirikannya tersebut sejauh ini menjadi tempat khusus bagi para kusir di kelompok atau paguyuban kusir andong Gamping untuk menyegarkan kembali andong-andong mereka.
Tak hanya menerima servis, bahkan dalam beberapa waktu terakhir Widi kebanjiran order pembuatan andong. Pemesannya datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Sejumlah pelanggan berasal dari berbagai wilayah pernah menggunakan jasanya untuk pembuatan andong di antaranya Jakarta, Lampung, Karawang, Tapanuli, Dieng, hingga Malaysia. Sisanya, hanya sampai permintaan untuk merangkai kembali rangka andong yang rusak di beberapa bagian yang kebanyakan pelanggannya dari dalam kota Jogja sendiri.
Pasarnya tak hanya para kusir yang berniat memperbaiki andong mereka. Namun juga merambah untuk melengkapi properti shooting film serta pesanan khusus yang datang dari pemerintahan Purwakarta 2013 lalu.
“Empat kereta kuda kami dipesan Hanung Bramantyo untuk pembuatan film ‘Kartini’, juga tujuh kereta kuda khusus dipesan untuk koleksi di pemerintahan Purwakarta. Bupatinya [Dedi Mulyadi] yang minta dibuatkan langsung,” katanya, Senin (6/3/2017).
Tak muluk-muluk Widi berharap usaha bengkel andongnya dapat mendulang pundi-pundi rupiah. Harga yang dipatok Widi untuk pembuatan andong terbilang paling bersahabat, yakni mulai Rp50 juta hingga angka fantastis yang pernah ia buat yakni senilai Rp150 juta: kereta kencana yang dipesan oleh salah satu hotel di Jogja.
Widi mengaku cukup bersyukur karena hasil dari bengkel tersebut dapat menghidupi seorang istri dan tiga orang anaknya. Dalam satu bulan ia dapat mengantongi omzet kotor hingga Rp20 juta.
Meskipun kata dia bisa saja ia mengambil banyak keuntungan dari jasa pembuatan atau perbaikan andhong. Namun bukan itu yang ia cari. Biar hasilnya tak banyak namun ajeg, begitu prinsipnya.Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja |
Comments