Star Jogja – Yogyakarta . Pemda DIY terus mengembangkan sarana dan rasarana wisata di pesisir pantai selatan sebagai wujud dari program Among Tani Dagang Layar sebagaimana yang menjadi visi misi Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono bahwa pantai selatan akan menjadi halaman muka DIY.
Kawasan laut kedepannya tidak hanya diambil ikannya namun dikembangkan pariwisatanya. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Sigit Sapto Raharjo mengatakan sejumlah program intansinya terintegrasi dengan Dinas Pariwisata DIY.
“Tahun ini kami fokuskan pembangunn Tanjung Adikarto di Kulonprogo,” kata Sigit dalam acara Jagongan Malioboro di depan kantor Dinas Priwisata DIY di Jalan Malioboro, Sabtu (25/3/2017).
Selain Sigit, hadir dalam acara ngobrol bareng msyarakat setiap akhir bulan tersebut adalah Kepala Dinas Pariwista DIY Aris Riyanto, Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo Krissutanto, dan Kepala Seksi Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata DIY Wardoyo.
Sigit mengatakan pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto nantinya tidak hanya berfungsi sebagai Pelabuhan Pendaratan Ikan bagi nelayan di Pantai Selatan DIY, namun berkembang menjadi pelabuhan kapal-kapal besar yang akan melintasi Pantai Selatan DIY tersebut. Selain itu juga menjadi kawasan wisata.
Banyak potensi yang bisa di kembangkan di lokasi Pelabuhan Tanjung Adikarto, di antaranya pemecah ombak, wisata perahu kano, dan pemancingan. Setelah selesai Tanjung Adikarto di Glagah Kulonprogo, pengembangan Pantai Sadeng Gunungkidul juga menyusul.
Pantai Sadeng, kata dia, berpotensi dikembangkan wisata dengan daya tarik melihat sepanjang laut seltan dari tengah laut. “Nanti ada wisata naik kapal,” kata Sigit.
Kemudian juga pengembangan hutan Mangrove Kulonprogo sebagai kawasan konservasi dan pariwisata.
Panjang pantai selatan dari Gunungkidul sampai Kulonprogo terbentang 113 kilometer. Sepanjang pantai itu sudah dibangun dua pelabuhan besar dan 18 tempat pelelangan ikan di Gunungkidul, Bantul, dan Kulonrogo.
“Karena besarnya potensi laut jika dikembangkan hanya oleh Dinas Kelautan dan Perikanan tidak akan maksimal, maka perlu dikaitkan dengan Dinas Pariwisata,” kata Sigit.
Sigit meyakini kedepannya masyrakat pesisir yang tadinya bergantung pada masyarakt daratan akan berbalik. “Besok masyarakat daratan justru yang tergantung masyarakat pesisir,” kata dia.
Sigit menambahkan meski tangkaan ikan pada 2016 lalu secara kuantitas menurun dari 5.500 ton menjadi 5.000 ton, namun ia mengklaim secara kualitas nelayan meningkat. Menurut dia, nelayan saat ini sudah pandai, tidak hanya asal menangkap ikan melainkan juga menyesuaikan harga jenis ikan yang sedang mahal.
“Rata-rata pendapatan nelayan per bulan sekarang Rp2,4 juta,” ujarnya. Pendapatan itu diakuinya baru dari hasil melaut.Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja |
Comments