StarJogja.com, JOGJA – Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta akan menggencarkan penyelidikan epidemiologi untuk menekan peningkatan jumlah kasus leptospirosis. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setyaningastuti, menyebutkan sejak awal Januari hingga Maret 2017 jumlah kasus leptospirosis di DIY mencapai 73 kasus dengan 16 orang meninggal dunia. Jumlah itu meningkat jika dibandingkan periode yang sama pada 2016 mencapai 29 kasus dengan 5 orang meninggal dunia.
Dikutip dari Antara, jumlah kasus paling banyak ditemukan di Kabupaten Gunung Kidul mencapai 40 kasus dengan 12 orang meninggal. Sedangkan di Bantul yang pada 2015 dinyatakan sebagai wilayah endemis leptospirosis jumlah kasusnya mencapai 13 kasus dengan 1 meninggal, diikuti Kulon Progo 13 kasus dengan 2 meninggal, dan di Sleman sebanyak 9 kasus dengan 1 meninggal.
Menurut Pembajun, tingginya kasus leptospirosis disebabkan sejumlah faktor di antaranya faktor cuaca, persebaran tikus sebagai vektor utama penyebab leptospirosis, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pola perilaku hidub bersih dan sehat (PHBS).
Selain melakukan penyelidikan epidemiologi, Dinkes DIY juga akan meminta bantuan pasokan alat deteksi leptospirosis (leptotek) dari Kemenkes RI karena saat ini masih menggunakan sisa persediaan leptotek tahun 2016 yang berjumlah 200 unit dan sekarang telah disebarkan ke lima kabupaten/kota. (AM)
Wah, baru tahu setelah baca postingan ini. Semangat min….
Admin, bisa lebih sering update artikel gak? kadang lama banget nunggu update-nya.
Padahal konten-kontenmu selalu bagus loh
Baru sempet baca postingan ini hari ini, dan ternyata kontennya menarik banget.
Kayaknya aku akan sering mampir di mari, semangat update terus
kontennya ya min.
Admin, bisa lebih sering update artikel gak? kadang lama banget nunggu update-nya.
Padahal konten-kontenmu selalu bagus loh
first comment, yeeey!