StarJogja.com, JOGJA – Tanjung Adikarto yang dibangun dengan dana miliaran harus dijaga secara serius untuk menghindari makin parahnya kerusakan yang terjadi. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta akan menyiapkan sumber daya manusia yang khusus mengawasi kondisi bangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto untuk mencegah kerusakan.
Dikutip dari Antara, Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Suwarman Partosuwiryo, mengatakan, berdasarkan laporan tim yang secara langsung memantau pelabuhan yang pembangunannya masih akan dilanjutkan itu, memang ditemukan kerusakan, meski secara keseluruhan termasuk katagori ringan.
Kerusakan itu antara lain cat tembok yang mengelupas, eternit bangunan tertentu yang bocor, hingga kaca yang pecah di bagian pos pintu masuk pelabuhan.
Suwarman mengakui, hingga saat ini memang belum ada SDM khusus yang bertugas mengontrol kondisi bangunan pelabuhan itu. “Sekarang hanya ada 13 satpam, kami juga ingin beberapa di antara mereka bisa ikut mengontrol bangunan selain memastikan keamanan,” kata dia.
Suwarman mengatakan keberadaan tenaga khusus pengawas bangunan sangat penting sembari menunggu tahap pembangunan selanjutnya.Tahap pembangunan selanjutnya yang diproyeksikan baru akan dimulai pada 2018 secara khusus akan memperpanjang pemecah ombak (break water).
Desain baru hasil kajian sekitar 26 tenaga ahli memang hanya merekomendasikan perpanjangan konstruksi pemecah ombak (break water) yang semula untuk sisi sebelah timur terealisasi 220 meter, akan diperpanjang menjadi 390 meter.
Untuk sebelah barat, yang sebelumnya terealisasi 225 meter akan diperpanjang hingga 350 meter. “Begitu pemecah ombak selesai maka pelabuhan sudah bisa dibuka, karena persoalannya hanya masalah mengurangi sedimentasi di pelabuhan,” kata dia.
Menurut Suwarman ada sejumlah opsi untuk pembangunan pemecah ombak. Jika menggunakan “geotube” yang selanjutnya dipadukan dengab “tetrapod” akan menghabiskan Rp400 miliar. Sedangkan jika hanya dengan “geotube” diperkirakan hanya menghabiskan Rp150 miliar. (AM)
Comments