Star Jogja . JOGJA. Tradisi ngabekten atau sungkeman sampai sekarang masih dilaksanakan di rumah-rumah keluarga Jawa pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat anak-anak melaksanakan upacara peralihan (tetesan, tarapan, supitan, perkawinan dan sebagainya) dan pada saat hari Lebaran. Demikian pula di Kraton Yogyakarta.
Pada saat Lebaran, Kraton Yogyakarta melaksanakan tradisi ngabekten atau sungkeman selama dua hari. Lebaran hari pertama ngabekti atau sungkeman untuk kakung yaitu para abdi dalem dari pangkat bekel enom sampai dengan pangkat pangeran sentana, para pangeran dan para kerabat dekat Sultan dari cucu sampai dengan canggah yang laki-laki serta para suami cucu sampai dengan canggah perempuan Sultan dan para duda cucu sampai dengan canggah perempuan Sultan yang belum kawin lagi.
Pelaksanaan ngabekti atau sungkeman tersebut dilaksanakan setelah selesai melaksanakan sembahyang Idul Fitri, di Bangsal dan Tratag Bangsal Kencana tetapi saatnya berbeda-beda. Sedang Lebaran hari kedua untuk putri yaitu permaisuri, para saudara perempuan dan anak perempuan Sultan yang belum kawin, para janda Sultan terdahulu yang belum kawin lagi, para istri pangeran, para janda pangeran yang belum kawin lagi, para abdi dalem keparak dari pangkat bekel enom sampai pangkat bupati anom, para istri abdi dalem bupati, para janda abdi dalem bupati yang belum kawin lagi, para kerabat dekat Sultan dari cucu sampai dengan canggah yang perempuan serta para istri cucu sampai dengan canggah laki-laki sultan dan para janda cucu sampai dengan canggah laki-laki sultan yang belum kawin lagi. Pelaksanaan ngabekti atau sungkeman di Tratag Bangsa Prabayeksa, pada pukul 09.00, tetapi saatnya berbeda-beda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Dalam saat ngabekten atau sungkeman di kraton, mereka yang ngabekti, baik laki-laki maupun perempuan mengenakan pakaian Jawa menurut peraturan yang telah ditentukan dalam buku “Pranatan Pasowanan / Parakan Ngabekten” yang dikeluarkan oleh Kawedanan Hageng Sriwandana Karaton Ngayogyakarta, sebulan sebelum hari H. Pembagian buku tersebut lewat lurahnya mereka masing-masing.
Tradisi ngabekten atau sungkeman ini merupakan wujud bakti yang paling kuat melekat pada masyarakat kita, khususnya etnis Jawa sehingga tidak luntur selama masih ada yang tua dan dihormati. Ngabekti atau sungkem di Kraton Yogyakarta mengalami perubahan-perubahan dalam hal waktu pelaksanaan, pakaian dan teknis pelaksanaan.( den)
Comments