STARJOGJA, JOGJA – Dari beberapa tradisi panahan tradisional yang ada di Indonesia, ada salah satu tradisi yang cukup terkenal. Berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya, tradisi panah tradisional jemparingan terus bertahan meski dalam beberapa waktu sempat meredup dan jarang dimainkan lagi.
Jemparingan bukanlah permainan biasa. Awalnya, permainan panahan ini hanya dilakukan oleh para prajurit kerajaan. Mereka melakukan permainan ini untuk melatih ketajaman mereka dalam melesatkan anak panah. Dari permainan yang dilakukan prajurit, pihak kerajaan Mataram mulai melakukannya untuk permainan anggota kerajaan.
Sebagian besar pemainan panahan yang ada di dunia dilakukan posisi berdiri. Namun, Jemparingan melakukannya dengan posisi duduk bersila. Seseorang yang memegang busur dan anak panah akan duduk menyamping dengan busur ditarik ke arah kepala sebelum akhirnya ditembakkan untuk mengenai sasaran berupa bedor atau wong-wongan yang memiliki panjang 30cm dan diameter 3,5cm yang dicat merah pada bagian atas dan putih di permukaan yang lain.
Seseorang yang melakukan permainan ini harus berusaha mengenai sasaran yang menggantung itu dengan tepat. Semakin banyak anak panah yang mengenai sasaran, semakin banyak pula nilai yang didapatkan. Apalagi kalau sampai mengenai ndas abang atau kepala merah yang berada di bagian tas dari bedor.(DEN)
Comments