Starjogja.com, Jogja – Pernikahan dini di Sumatera Selatan antara Selamet Riyadi dan Nenek Rohaya yang berusia 71 tahun menjadi perbincangan hangat terkait perbedaan usianya yang ekstrem.
Telepas dari soal usia, psikolog perkawinan dari Tiga Generasi, Pustika Rucita, BA, MPsi memberi penekanan lain soal kesiapan menikah. Menurutnya, ada perbedaan penting dalam memaknai pernikahan sebagai ‘wedding‘ dengan ‘marriage‘.
“Kalau wedding, biasanya kita siap sebatas kemeriahan pesta pernikahan saja. Tapi kalau marriage, biasanya sudah memperhitungkan kira-kira apa saja yang akan ditemui dalam kehidupan berumah tangga nanti,” kata psikolog kepada detik.
Untuk tahu apakah sudah siap untuk ‘marriage‘ dan tidak sekadar ‘wedding‘, perilaku keseharian bisa jadi indikatornya. Misalnya seseorang siap untuk marriage jika sudah mampu mengatasi masalah dengan emosi yang stabil, dan bisa menoleransi perbedaan. Juga harus sudah bisa membuat rencana jangka panjang yang tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, tetapi juga melibatkan orang lain.
Soal pilih-pilih pasangan, Cita menilai wajar jika ada orang memperhitungkan karier dan bahkan materi sebagai salah satu pertimbangan. Yang tidak wajar adalah jika seseorang terpaku hanya pada kedua hal tersebut, lalu menutup mata pada hal-hal positif lainnya yang mungkin ada pada pasangan.
Sedangkan soal pacaran, Cita menganggapnya sebagai kesempatan untuk memperkuat kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Kemampuan intrapersonal antara lain mencakup kemampuan mengenali diri sendiri, dan mengenal kelebihan dan kekuarngan diri sendiri. Sedangkan kemampuan interpersonal antara lain mencakup kemampuan memahami orang lain, menoleransi perbedaan dan memecahkan masalah bersama. (AM)
Comments