STARJOGJA – JOGJA ,Pada tanggal 20 Juni 1921, Poliklinik Mata didirikan oleh sebuah organisasi sosial, Centrale Vereeniging tot Bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch Indie (CVO) bertempat di Gondolayu, Yogyakarta. Poliklinik Mata ini terdiri atas seorang dokter, 3 orang para medis dan 4 orang pembantu.
Setelah 1 tahun 7 bulan, poliklinik mata berpindah ke arah timur, menempati daerah Terban. Pada tahun 1922 berdirilah Rumah Sakit Mata sebagai kelanjutan dari Poliklinik Mata di Gondolayu. Peletakan batu pertama Rumah Sakit Mata dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwana VIII pada tanggal 21 November 1922. Hal ini berdasarkan prasasti yang berada pada dinding teras bawah sisi barat berbentuk persegi bertuliskan DE EERSTE STEEN GELEDG DOOR Z.H HAMENGKOE BOEWONO VIII OP DEN 21 STEN NOV 1922.
Pada tanggal 29 Mei 1923 Rumah Sakit Mata itu dibuka oleh Jenderal Mr. D. Fock yang mendapat kuasa dari Ratu Belanda. Rumah sakit tersebut dinamakan Prinses Juliana-gasthuis voor Ooglijders yang artinya Rumah Sakit Puteri Juliana untuk Penderita Penyakit Mata. Dalam laporan tahun 1923 disebutkan bahwa jumlah penderita di Rumah Sakit Prinses Juliana-gasthuis voor Ooglijders sebanyak 3.823 orang, sedangkan tempat tidur untuk pasien (zaal) ada 102 buah. Pada tahun 1929, rata-rata penderita mata per hari 159 orang dan lama perawatan rata-rata 22 hari. Pada tahun 1941 rata-rata penderita mata per hari 327 orang, sedangkan pasien yang dirawat ada 2.088 orang.
Para penderita penyakit mata ini memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Agar mereka dapat mandiri atau tidak bergantung pada orang lain diperlukan bekal untuk kehidupannya nanti, maka pada tanggal 12 Sepetember 1926 Dr. Yap Hong Tjoen mendirikan sebuah yayasan (stichting) bernama Vorstenlandsch Blinden Instituut yang bertujuan mengajarkan ketrampilan bagi tuna netra. Ketrampilan tersebut misalnya membuat kesed dari sabut kelapa, karpet dan kerajinan tangan lainnya. Yayasan ini kemudian berganti nama menjadi Yayasan Mardi Wuto. Yayasan ini menjadi wadah untuk kemajuan para penyandang tunanetra, khususnya di wilayah Yogyakarta.
Pada masa pendudukan Tentara Jepang, Rumah Sakit Prinses Juliana-gasthuis voor Ooglijders diganti nama menjadi Rumah Sakit Dr.Yap. Penamaan ini diambil dari nama Dr. Yap Hong Tjoen yaitu seorang doktor ahli penyakit mata yang bercita-cita mendirikan rumah sakit untuk penderita penyakit mata terutama masyarakat kurang mampu. Penyakit mata yang banyak diderita masyarakat yaitu trachoma dan kekurangan vitamin A. Pada pertengahan tahun 1949 rumah sakit ini memiliki 2 doktor spesialis mata yaitu Dr. Yap Hong Tjoen dan putranya Dr. Yap Kie Tiong.
Ciri arsitektural yang menonjol dari bangunan Rumah Sakit Dr. Yap adalah fasadnya yang berupa ”kuncungan” dengan tulisan nama rumah sakit yang ditata secara melengkung. Secara keseluruhan, bangunan kompleks Rumah Sakit Dr. Yap terdiri atas rumah sakit, rumah dinas dokter, asrama perawat dan Mardi Wuto yaitu tempat untuk menampung dan memberi bekal bagi para tuna netra. Sampai sekarang Rumah Sakit Dr. Yap masih aktif dan kontinu dalam melayani masyarakat penderita penyakit mata di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.(DEN)
Comments