STARJOGJA, JOGJA-Bisnis perjalanan wisata semakin menggeliat seiring meningkatnya tren pariwisata. Dampaknya, selain persaingan yang ketat, munculnya biro-biro perjalanan tak resmi membuat industri ini rawan penipuan.
“Memang agak susah, karena sekarang banyak orang membuka biro perjalanan namun tidak resmi. Apalagi destinasi yang dibidik tidak jauh berbeda,” ujar Kepala Bidang Humas Asosiasi Tour and Travel Agent Indonesia (Asita) DIY, Moko Sudiro, Minggu (3/9/2017).
Bisnis jasa perjalanan wisata semakin berkembang pesat. Bahkan, dimulai hanya dari hobi dan bekal pengalaman traveling dapat menjadi modal untuk membuka bisnis ini.
Moko mengatakan memang bisnis ini akhirnya berkembang, namun banyak pula biro perjalanan tidak resmi yang kemudian bermunculan. Biro perjalanan ini akan menawarkan paket-paket wisata dengan harga yang murah.
“Salah satu upaya yang bisa kami lakukan, yakni dengan mengemas paket wisata yang berbeda. Kami mengambil segmen rombongan atau paket besar yang biasanya tidak akan dilirik oleh biro perjalanan tidak resmi,” jelas Moko.
Ketua Asita DIY, Udhi Sudiyanto menambahkan dalam regulasi tentang pariwisata, tidak ada larangan bagi siapapun yang ingin membuka bisnis ini. Hanya saja mesti digarisbawahi, pentingnya legalitas usaha yang dijalankan tersebut.
“Biro perjalanan itu adalah bisnis jasa yang menjual janji, tetapi tetap menjaga kepercayaan. Jangan sampai,ada masalah saat menjual janji ternyata penyelenggara perjalanan tidak memberikan layanan yang tidak sesuai. Maka, kami pun tidak bisa berbuat banyak, karena biro tersebut tidak mengantongi izin,” jelas Udhi.Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja |
Comments