BANTUL— Wilayah Kabupaten Bantul hingga kini belum terbebas dari nyamuk Aedes Aegepty penyebar penyakit demam berdarah (DB). Pasalnya indeks daerah bebas nyamuk Bantul baru mencapai 85% dari target 95%.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Bantul, Pramudi Darmawan, mengatakan indeks tersebut menunjukkan setiap 20 rumah penduduk yang diperiksa oleh petugas, ada tiga rumah yang terdapat jentik nyamuk. Jentik-jentik nyamuk tersebut ditemukan di bak mandi, tempayan kosong, ataupun di genangan-genangan air yang terdapat di sekitar rumah.
Menurutnya pengendalian jentik nyamuk ini cukup sulit dilakukan, apalagi saat hujan sudah mulai turun seperti saat ini. Sebab genangan air sangat mudah tercipta.
Padahal menurut Pramudi, pihak Dinkes telah mengupayakan agar sosialisasi tentang pemberantasan jentik nyamuk ini tersampaikan ke seluruh masyarakat. Baik melalui media, penyelenggaraan kegiatan, maupun penyuluhan di tingkat kecamatan, desa bahkan dusun.
“Kami tekankan gerakan bersama memberantas sarang nyamuk,” katanya Minggu (29/10/2017).
Bahkan setiap Puskesmas juga telah mempunyai kader juru pemantau jentik (Jumantik) yang bertugas melakukan pemantauan dan sosialisasi dari rumah ke rumah. Tak hanya Puskesmas, pamong desa pun tak mau ketinggalan membuat program untuk memberantas sarang nyamuk ini. Salah satunya yang dilakukan Pemerintah Kecamatan Jetis lewat program Pasukan Anak Sekolah Pembasmi Jentik (PAS BATIK) yang diluncurkan pada Minggu (29/10/2017).
Adapun merujuk data Dinas Kesehatan Bantul, jumlah DB di wilayah ini cenderung meningkat bila dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, penderita DB tiap bulannya hanya berkisar belasan hingga puluhan orang. Namun tahun ini jumlahnya melonjak hingga ratusan pasien per bulan. Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja |
Comments