STARJOGJA,COM. SLEMAN—Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Sleman merencanakan pembangunan taman budaya di kawasan Kecamatan Godean. Pengadaan tanah pun ditargetkan rampung pada tahun ini.
Kepala Disbud Sleman, Aji Wulantara mengatakan rencana pembangunan taman budaya untuk kegiatan budaya di Sleman bakal segera diwujudkan. Untuk tahap awal pembelian tanah ditargetkan dapat terealisasi pada tahun ini, sehingga pembangunan fisik sudah dapat dimulai pada 2019.
“Tahun ini kami ajukan pengadaan tanah untuk pembangunan taman budaya. Untuk lokasinya sangat besar kemungkinan di Kecamatan Godean, hanya saja nanti posisi tepatnya di sebelah mana belum tahu,” kata dia, Senin (5/2/2018).
Menurut Aji, pemilihan lokasi pembangunan taman budaya di Kecamatan Godean ini sudah berdasarkan konsep pembangunan kebudayaan Sleman. Hal ini merujuk pada seluruh penjuru di kabupaten Sleman yang harus tersentuh dengan pembangunan.
“Pembangunan kebudayaan di Sleman itu kan menggunakan konsep kiblat papat limo pancer, artinya itu seluruh penjuru di wilayah Sleman harus dijangkau yakni dari empat penjuru mata angin timut, barat, selatan, utara, dan pusatnya di tengah,” jelasnya.
Dia mencontohkan untuk Sleman timur meliputi Kecamatan Prambanan, Berbah, dan Kalasan kental dengan candi sehingga pembangunan kebudyaan kemudian menjadikan candi sebagai magnetnya. Di utara meliputi Kecamatan Cangkringan, Tempel, Turi itu memiliki atmosfer Gunung Merapi, sehingga pembangunan kebudyaan di wilayah tersebut menjadikan Gunung Merapi sebagai magnetnya.
Sementara di wilayah selatan meliputi Kecamatan Gamping memiliki Pesanggrahan Ambarketawang sebagai suatu yang monumental. Sehingga itu kemudian menjadi pusat pembangunan kebudayaan karena memang umurnya lebih tua dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadinigrat. Kemudian yang di tengah meliputi Kecamatan Sleman, Ngaglik, Mlati menjadi sejarah pusat pemerintahan sehingga hal itu yang selama ini mengispirasi pembangunan di wilayah tengah.
“Nah kalau sektor barat meliputi Kecamatan Godean, Sayegan, Minggir, Moyudan itu identitasnya adalah masyarakat religius, pedesaan, dan suburban. Di sana ini belum ada simbolnya dan titik monumentalnya, sehingga pembangunan taman budaya akan diarahkan ke sana,” jelas Aji. Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja |
Comments