STARJOGJA.COM, LIFESTYLE – Masalah tidur atau kurang tidur tenyata dapat mempengaruhi hubungan siswa dengan guru di sekolah.
Berbagai riset telah dilakukan untuk mengetahui hubungan tidur dengan masalah anak di sekolah. Shalini Paruthi dari the St Luke’s Sleep Medicine dan Research Center di Chesterfield mengatakan beberapa anak datang ke dokter untuk mengevaluasi tidur yang ternyata memiliki hubungan yang buruk dengan guru.
Padahal, tidur seharusnya untuk memulihkan rangkaian otak emosional sehingga dapat mempersiapkan tantangan dan interaksi sosial anak. “Gagasan bahwa tidur juga mempengaruhi hubungan siswa-guru adalah konsep baru dan menarik,” kata Dokter Shalini seperti dikutip Reuters.
Penelitian dilakukan di sebuah sekolah dasar di Midwest Amerika Serikat. Berdasarkan penelitian tersebut, secara statistik ada hubungan yang signifikan antara tidur dengan konflik guru dan siswa.
Seperti dilaporkan dalam Sleep Medicine, para peneliti menganalisis tanggapan 175 siswa kelas 1—6 melalui 18 pertanyaan tentang tidur mereka selama seminggu sebelumnya. Di sisi lain, terdapat 12 guru yang memberi nilai interaksi dan kedekatan mereka dengan siswa tersebut.
Untuk anak-anak sampai usia sekitar 9,5 tahun, masalah tidur yang dilaporkan terkait dengan konflik siswa-guru dengan memperhitungkan gejala kesehatan mental seperti attention-deficit-hyperactivity-disorder (ADHD), depresi dan kecemasan.
“Ini masuk akal bahwa jika anak-anak tidak tidur nyenyak, mereka tidak akan berhasil dengan baik di kelas secara sosial maupun akademis,” kata Michael Rich, profesor pediatri di Harvard Medical School.
Rich menilai bahwa konflik siswa dengan guru di sekolah adalah masalah yang serius. Apalagi siswa lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan guru di sekolah.
Semakin banyak penelitian juga menunjukkan bahwa terlalu sedikit tidur di masa kanak-kanak bersinggungan dengan masalah kognitif dan perilaku di kemudian hari.
Kendati begitu, masalah perilaku tidur malam hari atau kantuk di siang hari tidak terkait secara khusus dengan konflik siswa-guru dalam penelitian saat ini. Namun, tanpa memandang usia dan jenis kelamin, kantuk di siang hari berkaitan dengan kedekatan siswa dan guru.
“Kami tidak punya data untuk menjelaskan mengapa, tapi anak-anak yang mengantuk di siang hari mungkin lebih diam, kurang terlibat, dan cenderung tidak memiliki interaksi positif dengan guru,” tambah Alex Holdaway, asisten peneliti dari Cincinnati Children’s Hospital Medical Center di Ohio.
Dia dan Stephen Becker mengakui memang masih ada sejumlah keterbatasan studi dalam penelitian tersebut, termasuk temuan data yang berasal dari anak-anak di Kaukasia.
Holdaway mengatakan penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa kurang tidurlah yang menyebabkan konflik siswa-guru dan membuat mereka tidak dekat, atau kebalikannya bahwa kesulitan dengan guru mempengaruhi tidur siswa.
Temuan ini bersifat pendahuluan, dan belum membuktikan secara pasti bahwa lebih banyak tidur akan memperbaiki persoalan konflik siswa-guru. “Namun memastikan anak cukup tidur bukan hal yang buruk,” kata Holdaway. (bisnis.com)
FOTO : Ilustrasi sindrom putri tidur – Antara
Comments