STARJOGJA.COM, JOGJA – Anak anak mengikuti eksebisi jemparingan jarak 20 meter saat Lomba Jemparingan Mataraman Tingkat Nasional tahun 2018 di Stadion Kridosono, Jogja, Minggu (11/2). Kegiatan dalam rangka rangka memperingati hari berdirinya Kadipaten Pakualaman yang ke 212 tersebut selain melestarikan budaya, juga memperebutkan Trophy Bergilir Pakualam Cup.
Tradisi Jemparingan disebut sudah ada sejak zaman kerajaan ratusan silam. Dahulu kala, tradisi ini dimainkan oleh para bangsawan kerajaan dan juga keluarganya. Raja Kerajaan Mataram pun menjadikan permainan ini sebuah perlombaan wajib di wilayah kerajaan kala itu. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai dimainkan oleh rakyat biasa sebagai bagian dari hiburan dan juga pelestarian budaya yang sangat berharga. Tradisi panahan jemparingan ini terus bertahan meski dalam beberapa waktu sempat meredup dan jarang dimainkan lagi, dan kini, jemparingan kembali muncul dan diminati oleh generasi muda.Mereka tertantang untuk mencoba olahraga tradisi ini.
Secara garis besar, olahraga jemparingan ini bukan hanya sekedar permainan namun juga merupakan olahraga yang digunakan untuk melatih ketajaman mata dan konsentrasi. Keberhasilan memanah biasanya tergantung pada suasana hati. Oleh karenanya, perlu kesabaran dan konsentrasi yang mendalam dalam melakukan permainan panahan jemparingan ini apalagi dilakukan dengan posisi duduk karena konon katanya panahan akan lebih sulit dengan posisi duduk bersila.(DEN)
FOTO : Harian Jogja/Gigih M. Hanafi
Comments