STARJOGJA.COM. JOGJA- Umbulharjo mengklaim tidak ada kasus Leptospirosis tahun ini. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun lalu, di mana ditemukan empat kasus.
Kepala Puskesmas Umbulharjo Dadang Andriyanto mengatakan selain tidak ditemukannya kasus penyakit ini, hingga Mei 2018 ini terjadi penurunan signifikan terkait kasus DBD.
“Sampai Mei ini, hanya ada dua kasus DBD dan tidak ada kasus leptospirosis,” katanya kepada Harianjogja.com di kantornya, Jumat (4/5/2018).
Berdasarkan data Dinkes Jogja, tahun lalu dari 14 kasus leptospirosis empat di kasus berada di Umbulharjo. Jumlah ini paling tinggi dibandingkan 13 kecamatan lainnya. Jika tahun lalu wilayah Umbulharjo salah satu endemis DBD, saat ini jumlah kasusnya rendah. “Tahun lalu kelurahan di sini masuk lima besar kasus DBD. Sorosutan misalnya, tercatat 20 kasus, tahun ini nol,” katanya.
Dia menduga, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan mulai tumbuh. Meski begitu, dia tidak menampik jika masih ditemukan jentik di beberapa titik.
“Kalau elemenasi total belum bisa. Sebab DBD prosentasenya ditemukan 47 kasus per 100.000 penduduk. Kalau hanya dua kasus, sangat rendah,” kata Dadang.
Begitu juga dengan kasus leptospirosis. Menurutnya, penyebabnya harus melalui diagnosa pasti. Oleh karenanya, untuk memastikan seseorang terkena Leptospirosis dilakukan diagnosa dan peralatan khusus juga. “Makanya, kami tetap meminta agar warga tetap waspada, dan memonitor kesehatan lingkungannya,” ungkapnya.
Jika masyarakat merasakan panas, mual, pusing, dan nyeri otot setelah melakukan aktifitas itu agar segera memeriksakannya ke puskesmas terdekat. Namun demikian, penyakit tersebut, kata dia, sebenarnya bisa diantisipasi dengan membiasakan pola hidup bersih dan sehat.(DEN/AbdulHamied/Harianjogja)
Comments