STARJOGJA.COM,YOGYAKARTA – Memprediksi jumlah penderita Demam Berdarah di suatu daerah kini bisa dilakukan. Hal ini yang sudah dilakukan Deni Mahdiana,SKom, MM, M.Kom dalam Ujian Terbuka Disertasi berjudul “Model Peramalan Jumlah Kasus dan Pola Distribusi Penyebaran Demam Berdarah Dengue“ di Auditorium Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada pada Senin , 14 Mei 2018.
Menurutnya saat ini pencegahan penyakit demam berdarah yang dilakukan oleh pemerintah adalah menunggu kejadian terlebih dahulu, dan baru melakukan antispasi jika kasusnya terus naik.
” Saya usulkan sebuah metode tidak perlu nunggu kejadian itu terjadi mencoba memprediksi dengan pertumbuhan curah hujan, lama penyinaran matahari.Nanti jumlah kasus seperti apa dinas kesehatan bisa antisipasi agar tidak terjadi kasus demam berdarah jadi lebih preventif,” katanya Senin (14/5/2018).
Deni mengatakan ia melakukan pengamatan dan riset di 17 kecamatan di Kabupaten Sleman. Ia menyebut hasil prediksinya bisa mendekati 88 persen.
“Hasil data aktual dibandingkan prediksi itu hasilnya akurasinya 88 persen. Belum 100 persen karena banyak faktor kalo DB,” katanya.
Ia saat ini tengah membuat aplikasi yang bisa digunakan pemerintah dalam memprediksi jumlah penderita DB. Namun menurutnya aplikasi ini nantinya juga bisa digunakan untuk penyakit menular lainnya.
“Ilmu komputer selain bikin metode dan konsep kita juga buat prototipe R programing. Nah prototipe itu bisa diliat hasilnya,” katanya.
Dalam paparannya Deni menjelaskan penelitiannya bertujuan mengembangkan model peramalan jumlah kasus dan pola distribusi penyebaran penyakit DBD multivariat time series menggunakan kombinasi metode Vector Autoregressive dan Spatial Autocorrelation (VARSA) dengan menggunakan data suhu maksimal, suhu rata-rata, curah hujan, lama penyinaran matahari, Jumlah kasus DBD dan data tingkat kepadatan penduduk perkecamatan.
“Memodifikasi metode peramalan pola distribusi penyebaran DBD spatial autocorrelation menggunakan metode Modified Moran’s I Spatial Autocorelation (MMSA) dengan memasukkan data tingkat kepadatan penduduk dalam matriks pembobotan spasial,” katanya.
Deni yang juga sebagai Wakil Dekan Bidang Riset, PPM dan Kemahasiswaan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur diuji dari TIM FMIPA UGM yang terdiri dari Drs.Edi Winarko, MSc.Ph.D, Dr.techn,Ahmad Ashari, M.I.Kom, Prof. dr. Hari Kusnanto,Dr.PH., Dr. Techn. Khabib Mustofa, S.Si, M.Kom., Dr. Nur Rokhman, S.Si, M.Kom., Dr. Herni Utami,S.Si,M.Si., Dr. Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si,M.Kom dan Dr. Ani Kartika Sari, S,Si, M.Sc, Ph.D, dengan Ketua Sidang Dekan Fakultas MIPA UGM Prof. Dr. Triyono,S.U.
Ketua BPH Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti Kasih Hanggoro mengatakan ada 12 perwakilan dari Universitas Budi Luhur yang berjuang untuk mendapatkan derajat Doktor dalam bidang Ilmu Komputer di UGM. Sebelumnya Fakultas MIPA UGM sudah meluluskan 7 (tujuh) Doktor Ilmu Komputer dari Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur dalam Sidang Tertutup.
“Kalau hari ini ada 8 doktor dari kita, jadi memberikan tahu ke publik apa yang diriset. Jangan hanya S3 trus udah. Yayasan ndukung semua hasil riset S3 itu bisa berguna seperti sidat UNS itu kita buat PT bersama,sama ITS buat mobil listrik BlITS itu kan manfaat,” katanya.
Menurutnya jika hasil riset dapat dimplementasikan ke dunia industri maka Indonesia akan maju. Sebab semua hasil riset dari karya anak bangsa.
“Rata rata yang dikembangkan Budi Luhur adalah soal IT. Misal anak anak bikin hape ampai ke tangan konsumen. Selama ini riset perguruan tinggi tidaksampai tangan itu. Kalo sampai itu kemajuan ,” katanya.
Rektor Universitas Budi Luhur Prof.Didik Sulistyanto mengatakan doktor baru dari Universitas Budi Luhur Jakarta ini berbasis pada IT namun di bidang kesehatan. Seperti Deni yang mendeteksi penyebaran DBD di DIY.
“Nantinya bisa dilakukan di Indonesia untuk EWS untuk penyakit menular lainnya kita deteksi secara dini. Ini potensi, semua berbasis pada data. Di era 4.0 kita masuk ke lini bawah,” katanya.
Ia mengatakan Visi dan misi Budi Luhur mencerdaskan manusia berbudi luhurberbasis pada IT, ilmu dan komunikasi. Sehingga 8 doktor ini di UGM semuanya berbasis pada IT.
“Riset kalo ditaruh lemari maka tidak ada implementasi. Temen S3 harus hasilkan aplikasi android yang notabene diberikan pihak terkait kementrian kesehatan, hingga masyarakat, jadi Early Warning System dari android,” katanya.
Rektor mengatakan pihaknya akan menambah prodi baru S3 Ilmu Komputer dan S1 Medical Engineering. Saat ini 16 Program studi dan lima fakultas dengan mahasiswa 15 ribu dan akan ditambah satu lagi satu kampus lagi di Den Hag Belanda.
“SDM eropa itu kurang maka perlu dari kita. Pasarnya luar biasa. Ini sudah proses tapi jelas SDM nya sudah siap,” katanya.(BY/DEN)
Comments