STARJOGJA.COM, JOGJA – Sebanyak enam hidran berbasis kampung akan dibangun tahun ini. Pembangunan fasilitas penanggulangan kebakaran tersebut hasil dari Musrenbang masing-masing wilayah.
Kepala Bidang Pencegahan Dinas Kebakaran Kota Jogja Rajwan Taufiq menjelaskan rencana pembangunan fasilitas hidran atau sistem jaringan instalasi proteksi kebakaran (si jarik) di enam kampung tersebut masih bersifat rintisan. Total dana yang dianggarkan untuk membangun rintisan hidran berbasis kampung di enam lokasi tersebut mencapai sekitar Rp716 juta.
“Jadi sifatnya masih permulaan. Tentunya dibangun secara bertahap sampai sempurna,” katanya kepada wartawan, Jumat (18/5/2018).
Rintisan hidran berbasis kampung yang akan dibangun tahun ini masing-masing di Kampung Jlagran Kecamatan Gedongtengen, Kampung Karangwaru (Tegarejo), Kampung Ledok Tukangan (Danurejan), Kampung Gemblakan Bawah (Danurejan), Kampung Basen (Kotagede), dan Kampung Cokrodirjan (Danurejan).
“Sebenarnya kami menerima banyak usulan terkait kebutuhan hidran berbasis kampung ini. Usulan-usulan tersebut disampaikan melalui Musrenbang Kelurahan,” katanya.
Sayangnya, lanjut dia, tidak semua usulan tersebut dapat direalisasikan karena perlu ditentukan kampung yang benar-benar membutuhkan fasilitas penanggulangan kebakaran. Konstruksi hidran yang akan dibangun tersebut tidak jauh berbeda dengan konstruksi hidran yang telah dibangun di Kampung Pathuk, Kampung Kauman dan Prawirodirjan.
“Penentuan kampungnya didasarkan pada skala prioritas dengan melihat berbagai aspek. Saat ini kami masih menunggu hasil lelang,” katanya.
Menurutnya, keenam kampung tersebut dinilai memenuhi kriteria untuk dibangun hidran berbasis kampung. Selain memiliki organisasi berupa kampung tangguh bencana (KTB), warga di kampung tersebut sudah dilatih untuk menanggulangi bencana kebakaran. “Selain itu lokasi kampung cukup padat dan tidak memiliki akses jalan yang bisa dilalui mobil pemadam kebakaran berukuran besar,” katanya.
Dia berharap, proses pembangunan hidran berbasis kampung tersebut dapat dilakukan setelah Lebaran. Targetnya, pembangunan rintisan hidran tersebut selesai pada Oktober 2018 sehingga pada November sudah bisa dilanjutkan dengan tahap pelatihan ke warga.
Berdasarkan proses pembangunan di Kampung Pathuk dan Kauman, penyelesaian pembangunan hidran hingga sempurna membutuhkan waktu tiga tahun. “Untuk sementara, sumber air untuk fasilitas hidran ini kami ambil dari mobil tangki pemadam kebakaran. Ke depan kami akan mencarikan sumber air. Kalau nanti ada maka kami bangunkan sumur pompa,” katanya.
Sekadar diketahui, program pembangunan hidran berbasis kampung ini dilakukan sejak 2015. Jaringan hidran yang dibangun adalah jaringan hidran kering sehingga membutuhkan titik-titik penghubung untuk mengalirkan air dari mobil pemadam kebakaran menuju lokasi kebakaran.(DEN/HARIANJOGJA/ABDULHAMIED)
Comments