STARJOGJA.COM, JOGJA—Seluruh CCTV di Terminal Giwangan Jogja tidak berfungsi. Saat ini, perangkat CCTV di terminal tipe A ini dalam kondisi mati atau tidak berfungsi.
Kepala Satuan Pelayanan Terminal Giwangan Jogja Bekti Zunanta ,seperti dikutip dari Harianjogja.com mengatakan tidak berfungsinya CCTV di Terminal tersebut terjadi sejak setahun terakhir. Dia mengaku seluruhnya CCTV memang mati sehingga tidak bisa digunakan untuk memantau pergerakan penumpang dari balik layar. “Itu terjadi setelah pengelolaan terminal dilimpahkan ke Kementerian Perhubungan,” jelas Bekti, Selasa (12/6/2018).
Meski matinya CCTV tersebut berpotensi dimanfaatkan oleh pelaku tindak kriminal, namun pengelola terminal tetap menjamin keamanan penumpang. Dia mengatakan setidaknya ada tujuh CCTV yang terpasang di area strategis seperti ruang tunggu penumpang, kedatangan dan keberangkatan bus, maupun di selasar.
“Karena kondisinya mati, maka penjagaan dan pengawasan dilakukan langsung oleh petugas,” ucap dia.
Menurutnya, tidak berfungsinya kamera pengawas tersebut lantaran biaya perawatannya belum dipenuhi oleh Kementerian Perhubungan. Anggaran pengelolaan yang dikucurkan pusat sampai saat ini hanya sebatas untuk membiayai kebutuhan listrik, air dan kebersihan.
“Sedangkan perawatan infrastruktur termasuk CCTV masih terus diupayakan ke Pemerintah Pusat,” ujarnya.
Padahal kondisi terminal saat ini membutuhkan perawatan yang memadai. Mulai pengecekan hingga perbaikan beberapa sarana dan prasarana di sekitar terminal. Seperti boks petugas penarik retribusi bus yang rusak akibat diterjang truk pengangkut sepeda motor pemudik beberapa hari lalu.
“Ada juga beberapa plafon yang sudah ambrol namun kami belum bisa memperbaiki. ” kata Bekti.
Selain tidak adanya biaya perawatan, sejak Januari 2017 lalu armada bus yang masuk ke Terminal Giwangan pun sampai saat ini belum dipungut retribusi. Pengelola terminal, diakui dia masih menunggu adanya perubahan peraturan mengenai penerimaan negara bukan pajak.
Selama belum ada perubahan regulasi, maka pungutan retribusi dianggap tidak sah alias liar. “Akhirnya kami tidak menarik retribusi dalam satu tahun terangkat. Padahal potensi retribusi armada bus dalam setahun di Terminal Giwangan bisa mencapai Rp1,2 miliar,” katanya.
Bekti menjelaskan meski tidak diawasi oleh kamera namun sejauh ini tidak ada laporan gangguan keamanan. Aparat dari kepolisian selama masa angkutan Lebaran ikut membantu keamanan dan rutin menggelar patroli di kawasan terminal. “Kalau puncak arus balik di Terminal Giwangan, kami memprediksi jatuh pada H+6 Lebaran.”(DEN/HARIANJOGJA)
Comments