STARJOGJA.COM, SLEMAN – Sekelompok mahasiwa dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan UGM membuat rumah cacing sebagai tempat untuk pembuatan pupuk kompos dan produksi cacing tanah (Lumbricus rubellus) dengan menggunakan media kotoran sapi. Hasil dari produksi cacing akan dijual ke pabrik kosmetik dan pabrik pakan ternak yang digunakan untuk meningkatkan perekonomian peternak di Desa Palem Madu, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY.
Kegiatan PKM Pengabdian Kepada Masyarakat UGM ini dilakukan oleh Irfana Dewi Anggraini dan Hadimas Bakti Pratama dari Fakultas Kedokteran hewan serta Boby Nuryulianto, Candra Yuliono T, dan Rivol Apriono Saputra dari Fakultas Peternakan. Dibawah bimbingan dosen FKH UGM Dr. Woro Danur Wendo ini, mahasiswa memanfaatkan limbah feses sapi menjadi produk yang menghasilkan bagi masyarakat disamping Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa Pelem Madu serta Melestarikan lingkungan dengan pengolahan limbah feses sehingga memiliki nilai jual.
Dewi Anggraini menuturkan limbah feses merupakan masalah serius yang banyak dialami oleh peternak di Desa Pelem madu bahkan di kalangan masyarakat peternak lainnya. Padahal limbah yang tidak dilakukan pengolahan akan berdampak negatif pada lingkungan sehingga mengganggu kesehatan masyarakat maupun ternak lainnya yang diantaranya dapat menjadi vektor penyakit. “Peningkatan tingkat polusi udara yang ditimbulkan dari feses berupa bau dan gas metan yang jika jumlahnya di udara berlebihan akan menyebabkan pemanasan global,” paparnya.
Mereka memiliki ide untuk memanfaatkan limbah feses sebagai media untuk menghasilkan pupuk cacing kompos dan cacing tanag dengan membuat rumah bagi habitat cacing. Pemilihan cacing tanah menurutnya dikarenakan hewan ini memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 72% – 84,5%. “Protein cacing tanah mengandung 20 asam amino. Kandungan protein yang tinggi dari biomassa cacing tanah berpotensi dikembangkan sebagai bahan pakan ternak sumber protein agar pertumbuhan ternak semakin cepat,” katanya.
Pembuatan pakan ternak yang mengandung unsur cacing tanah menurutnya menghasilkan produktivitasnya tinggi dengan ditandai penambahan berat badan ternak dan produksi anakan meningkat.
Soal rumah cacing, Boby Nuryulianto menerangkan bahwa pembuatan rumah cacing menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, ijuk, papan bekas serta genteng dari tanah liat. Tempat yang digunakan berupa kotak besar bersekat horizontal berbahan kayu yang bertingkat dan hanya membutuhkan sedikit ruangan. Di dalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat atau wadah pemeliharaan. Cacing yang ditanam sebanyak 0,25% dari berat bahan kotoran sapi yang digunakan sebagai media. “Cacing tanah dicampur secara merata, lalu perlakuan dilakukan kurang lebih 30 hari, secara rutin 5 hari sekali dilakukan pembalikan. Perlakuan penyiraman dilakukan agar kelembapan media terjaga,” ujarnya.
Saat panen pertama dilakukan warga dan mahasiswa, kata Boby, diperoleh hasil produksi cacing seberat 10 kg. Hasil panen cacing ini laludijual ke pabrik kosmetik dan pabrik pakan ternak dengan harga Rp. 50.000,00/kg sehingga didapatkan penghasilan total Rp.300.000,00 yangdimasukan ke kas kelompok ternak. “Sisa cacing indukan digunakan kembali sebagai usaha pembibitan untuk 2 bulan kedepan,” katanya.
Adapun panen pupuk kompos dilakukan saat pemanenan cacing berlangsung dengan mengambil media tumbuh cacing yang telah diolah menjadi vermikompos. Vermikompos dimasukan ke dalam karung dan tinggal dikemas dalam plastik untuk dipasarkan ditoko pertanian.“Vermikompos telah diuji kandungan di laboratorium teknologi penanganan limbah peternakan dasar, fakultas peternakan universitas gadjah mada,” katanya.
Ia menerangkan vermikompos merupakan kompos yang dihasilkan oleh aktivitas cacing tanah, yang bekerja dengan bantuan mikrobiota tanah lainnya sehingga mengandung banyak hormon petumbuhan tanaman. Berbagai mikrobiota bermanfaat bagi tanaman, enzim-enzim tanah, dan kaya hara.( DEN)
Comments