STARJOGJA.COM, SLEMAN – Tradisi upacara tepung tawar menjadi salah satu adat yang masih dijaga oleh Masyarakat Melayu Natuna.Ini merupakan sebuah ritual untuk Menolak bala’ (sial). Ritual ini dilaksanakan pada saat bayi baru lahir, saat anak menjalakan sunat, serta saat prosesi pernikahan.Dibalik prosesi ritual banyak terdapat makna dan nilai-nilai filosfis dalam seluruh prosesi Tepung Tawar.
Hal itu mengemuka dari hasil penelitian tim mahasiswa UGM yang tergabubng dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk kategori penelitian sosial humaniora. Tim ini terdiri dari Ghilman Nafadza Hakim dari Fakultas Filsafat (2014), Ega Kusuma Ahimsa dari Fakultas Filsafat (2014), dan Selma Mutiara Hani dari Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat (2015)
Menurut Ghilman, tradisi ritual upacara tepung tawar sunat anak melayu Natuna memiliki ciri khas yang sangat kental akan budaya Melayu, dimana didalamnya terdapat berbagai nasihat dan kearifan lokal yang memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Melayu Natuna. “Proses sunat atau sirkumsisi dalam ritual tepung tawar memiliki banyak pantangan yang kemudian mempengaruhi penyembuhan luka hasil sunat,” kata Ghilman, senin (16/7) di kampus UGM.
Beberapa pantangan didalam ritual tepung tawar sunat jika dilanggar dapat memberikan bala’ yang bisa menimpa anak yang mekakukan sunat. Menurutnya, dari penelitian mereka ditemukan korelasi antara kepercayaan terhadap hal ghaib masyarakat Natuna dengan tinjauan medis terkait pantangan-pantangan dalam ritual tepung tawar yang kemudian berdampak pada kesehatan reproduksi anak.
Meski zaman sudah berubah namun ritual upacara tepung tawar yang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Natuna, kata Ghilman, menjadi bukti bahwa peninggalan para leluhur masih melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Natuna, “Kami berkesimpulan dengan menjalankan apa warisan para leluhurnya masyarakat melayu Natuna dapat lebih menjiwai bagaimana perjuangan para leluhurnya untuk kemudian bisa mempertahankan budaya tradisi tersebut bisa tetap ada hingga saat ini,” katanya.
Ega Kusuma Ahimsa, anggota tim peneliti lainnya menuturkan prosesi ritual upacara tepung tawar ini merupakan hal yang sangat penting unutk kehidupan masyarakat Natuna, sebagai bentuk ketaatan terhadap leluhur yang memiliki sejarah panjang. Menurutnya hasil penelitian ini akan membantu pemerintah daerah dalam melakukan inventarisasi budaya di kabupaten Natuna.(DEN)
Comments