STARJOGJA.COM, LIFESTYLE – ” Mama, punya kuota tidak? aku pengen youtube-an”
” Duh,anakku kalau sudah pegang hp gak mau berhenti, berhenti kalau sudah habis kuotanya ”
” Ini pasword wifinya apa ya ”
Itulah kalimat -kalimat yang kini sering banget terdengar. Kuota data atau nanya pasword wifi jadi hal yang jamak kita temui. Suara ibu ibu yang ngomel karena anaknya pegang gadget seharian menjadi hiasan keseharian kita. Tak jarang kita dengar pula gerutuan dari orang tua yang baru ngisi paket kuota data tiba tiba sudah tidak bisa dipakai karena kuota langsung bablas dipakai buat download ataupun bermain game online. Atau saat pergi makan bersama si anak sibuk nyari sandi wifi kemudian dilanjut dengan bermain gadget.
Ya..Perangkat digital dan akses internet telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak masa kini. Bahkan ada anak yang rela tidak menghabiskan uang jajannya agar bisa membeli paket kuota. Tangisan sering jadi andalan saat merengek agar bisa diberi ijin bermain smartphone.
Instagram dan berbagai jenis media sosial serta akses ke youtube ataupun game online jadi sebuah budaya baru dari anak anak kita. Bahkan tak jarang mereka sudah begitu piawai memainkan jari jari lembut mereka di layar gadget. Atau tak jarang kita menemui anak yang menangis dan meraung raung karena gadgetnya diambil orangtuanya karena dianggap sudah terlalu lama bermain.
Teknologi memang menjadi sebuah keharusan untuk diperkenalkan pada anak semenjak dini. Sering karena alasan kita sayang pada anak anak, orangtua yang sibuk memberikan gadget kepada mereka agar bisa berkomunikasi dan mendapatkan ” teman” dengan bermain gadget. Dan tak sadar kita pun menjebak mereka dalam sebuah ketergantungan pada gadget. Balita pun kini mampu bermain game, nonton youtube ataupun bermacam aktifitas lainnya.
Seringkali kita pun terkaget kaget dengan perubahan gaya mereka. Anak anak kita pun terpengaruh dari gaya gaya anak anak lain yang eksis di youtube. Bahkan, ada juga cerita seorang teman yang kehabisan kata kata karena anaknya tiba -tiba ngomong kasar!
Meskipun teknologi digital dapat digunakan untuk membantu anak-anak belajar dan berkembang, penting bagi orang tua untuk memantau jenis informasi apa yang dapat diakses, dan seberapa sering anak-anak menggunakan gadget mereka.
Berkaca dari ini semua, sebagai orang tua, kita perlu bersikap sensitif dan responsif, khususnya terkait aktivitas dan interaksi di dunia digital serta memahami tantangan dan hambatan sebagai orang tua. Kita perlu membekali anak keterampilan dalam dunia digital dengan memberdayakan, bukan mengontrol, serta mencontohkan, bukan sekedar menasihati mereka. Sehingga anak anak ini dapat bertanggung jawab ketika berinteraksi di dunia digital.
Jaman sekarang, anak anak semakin dilarang akan semakin penasaran atau bahkan malah melawan. Kita tidak bisa sekadar melarang atau meyensor akses mereka tetapi juga harus membekali anak dengan keterampilan untuk dapat memilah dan memilih konten serta aktivitas di dunia digital yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Kita sebagai orang tua punya tantangan besar di jaman milenial. Kita harus bisa mendampingi perkembangan anak anak di dunia digital. Jangan biarkan anak anak itu paham dengan sendirinya. Jangan jadi orangtua yang gaptek !
“Hindari berlindung dari keadaan bahwa diri kita gaptek sehingga tidak perlu belajar lebih jauh mengenai dunia digital,” ucap seorang teman yang memberlakukan aturan pembatasan penggunan gadget. Ia hanya memperbolehkan anaknya bermain gadget dalam durasi yang lama saat akhir pekan saja.
Menurutnya, kesepakatan bersama akan penggunaan teknologi yang disepakati bersama anak dan konsisten dalam menjalankannya bisa jadi kunci untuk menjadikan anak kita relatif lebih aman dari serbuan dunia maya. Dampingilah Mereka agar jadi generasi yang cerdas digital.
Comments