STARJOGJA.COM, Jogja – Wayang kulit menjadi sarana pembelajaran dan pewarisan nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Seni tradisi ini dipilih DPRD DIY menjadi bagian peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 1945 dengan menggelar pergelaran wayang kulit semalam suntuk di halaman DPRD DIY.
Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengatakan pentas wayang kulit ini bertujuan menyampaikan pesan publik agar terus merawat nilai-nilai Pancasila melalui seni budaya wayang kulit. Semangat mengisi kemerdekaan RI dengan terus berjuang melawan keangkuhan, keangkara murkaan, keculasan, ketidakjujuran dan penindasan.
“Lakon Duryudana Gugur, menginspirasi bagaimana perjuangan mengalahkan Duryudana yang berteman Sengkuni, Haryo siman dan mewakili wajah keangkuhan keangkara murkaan, ketidakjujuran, penindasan kalah oleh watak mulia, kejujuran, keberanian dan kesetiaan yang ada dalam diri sosok Werkudoro,” kata Eko saat memberikan sambutan pentas wayang semalam suntuk di halaman DPRD DIY Rabu, (25/7/2018)
Sri Purnomo Beberkan Pentingnya Pemahaman Nilai-nilai Pancasila
Menurutnya lakon Duryudana Gugur menjadi refleksi kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Pakualam ke-8 yang memiliki kontribusi membantu kemerdekaan.
“Wayang kulit, dengan lakon Duryudana Gugur ini memberikan keteladanan, selalu merawat watak mulia, kejujuran dan keberanian seperti yang ditampilkan oleh Werkudara, Proklamator RI, Ir Soekarno suka dengan sosok Werkudara,” kata Eko.
Pentas wayang kulit yang juga dihadiri Forkompinda, camat dan lurah desa di Kota Yogyakarta ini untuk menggelorakan semangat perjuangan bekerja sama dengan pemda, TNI dan Polri. Sekaligus sebagai ajang pertemuan antar warga dalam suasana santai agar selalu tercipta rasa aman dan nyaman di DIY.
“Wayangan Duryudana Gugur dengan dalang muda, Ki Seno Nugroho, rakyat bisa melihat sifat dan watak pemimpin seperti sosok Werkudara yang jujur, rendah hati dan berani,” katanya.
Baginya generasi muda ke depan harus tetap kenal dan mau belajar seni wayang. Sebab menjelang perayaan kemerdekaan RI ke 73, Yogyakarta memiliki rekaman jejak sejarah panjang kemerdekaan.
Ahmad Baidlowi, warga Godean Yogyakarta mengatakan melalui pentas wayang, rakyat atau penonton bisa juga belajar penokohan.
“Ada banyak kisah teladan, watak yang melekat pada Duryudono dan Sengkuni tidak cocok hidup di Indonesia, apalagi di Jogja,” katanya. www.kitapancasila.com
Comments