STARJOGJA.COM,JOGJA – Kabar duka kembali menyeruak dari sepakbola Indonesia,DIY pada khususnya. Diduga terlibat bentrokan antar suporter, satu orang suporter dinyatakan meninggal dunia. Korban bernama Muhammad Iqbal warga Padukuhan Balong, Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul .
‘ Pak aku nonton yo’ itulah pesan sekaligus izin yang diungkapkan Iqbal kepada ayahnya untuk melihat sepakbola.Pesan itu akan selalu dikenang oleh keluarganya.
Ia adalah siswa kelas 2 Teknik instalasi tenaga listrik SMKN Pleret Bantul. Iqbal menghembuskan nafas terakhirnya di RS Permata Husada Pleret,Kamis Malam pasca pertandingan PSIM vs PSS di Stadion Sultan Agung Bantul. Sebelum meninggal dunia, korban sempat mendapat perawatan intensif oleh dokter RS Permata Husada. Meninggalnya Iqbal bukanlah yang pertama.Sebelumnya,bentrok antar suporter pun pernah membuat nyawa penonton pun melayang.
Fakta ini makin menguatkan adanya rivalitas panjang antar suporter sepakbola Indonesia. Sejarah mencatat ada banyak catatan perseteruan antara suporter di Indonesia. Tak jarang rivalitas terjadi antar suporter di dalam satu propinsi. Rivalitas ini sudah menjurus ke arah praktek yang tak sehat. Bara permusuhan yang ditabur sejak lama, tak lagi sebatas perang caki maki di media sosial. Konflik telah terwujud ke dalam perilaku destruktif yang tak kunjung terselesaikan.Friksi dan gesekan antara beberapa elemen suporter sepakbola Indonesia memicu aksi vandalisme di jalanan, dengan merenggut korban yang tak berdosa.
Dalam catatan Redaksi StarJogja.com, DIY dalam beberapa tahun belakangan menjadi medan perkelahian para perusuh pertandingan bola. Sejak 2014, tiga orang, dua di antara mereka masih di bawah umur, harus kehilangan nyawa lantaran dikeroyok
Meski sudah ada deklarasi damai di antara suporter namun fakta di lapangan,gesekan pun masih saja muncul dan dilakukan oleh para oknum suporter yang tak mampu mengendalikan fanatisme berlebihan yang mereka miliki. Pertandingan sepakbola yang seharusnya mengedepankan fairplay dan sportivitas di lapangan, jadi ternoda oleh ulah mereka di luar lapangan.
Dari fakta inilah, Para pihak berwenang harus lebih menunjukkan kepeduliannya dalam menyelesaikan konflik antar kelompok suporter. Para pengurus PSSI, pemerintah daerah hingga aparat keamanan harus lebih sering duduk pada satu meja merumuskan kebijakan baru demi meredam konflik suporter sebelum mengalami eskalasi ke tingkat yang genting dan merenggut korban baru.
Indonesia bisa belajar dari banyak cara penanganan suporter sepakbola yang militan di banyak negara,utamanya di Eropa.Mereka juga punya sejarah panjang mengatasi bentrokan antar suporter yang dimiliki klub ataupun suporter antar negara. Sanksi yang pernah di terima Inggris telah menjadikan negara kiblat sepakbola ini punya banyak langkah yang digunakan untuk mengatasi kebrutalan suporter. Para suporter yang terlibat kerusuhan pun dihukum keras termasuk di antaranya tak boleh datang ke stadion seumur hidup.
Hendaknya rivalitas yang tersulut dapat dikekang hanya pada pertandingan sepakbola yang melibatkan pihak yang berselisih, dalam koridor sportifitas dan fair play tentunya. Tak ada lagi provokasi verbal berlebihan di dunia maya, maupun aksi destruktif tak terkendali di jalanan. Pengawasan dan langkah preventif harus terus dilakukan sebelum,saat pertandingan dan saat mereka kembali dari stadion. Karena tak jarang mereka ini malah berusaha menarik perhatian rival mereka dengan malah melewati rute merah yang sebenarnya tidak aman untuk dilewati karena rawan gesekan.
Ingat , Luka fisik (mungkin) dapat diobati meski dengan kompensasi biaya yang mahal. Namun luka psikis dan traumatik kerap tak dapat disembuhkan dalam waktu yang singkat. Semoga tak ada kejadian yang terulang lagi. Kita tunggu penanganan kasus ini hingga ke level penegakan hukumnya.Perdamaian lebih baik ketimbang bentrok yang tidak terlalu penting !
Comments