STARJOGJA.COM, JOGJA – Belum selesai usai keadaan emergency, pulau Lombok – Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu malam (19/8/2018) kembali diguncang gempa.
Gempa yang berasal dari 32 km ke arah timur laut Lombok Timur dan kedalaman 10 km membuat masyarakat Lombok Timur yang berada di pengungsian panik, sampai saat ini belum diketahui berapa jumlah korban dan jumlah infrastruktur yang rusak akibat gempa susulan tersebut.
Rentetan gempa 6,8 SR pada (29/7), dan gempa 7,0 SR pada (5/8) mengakibatkan setidaknya 436 jiwa meninggal dunia. Korban yang mengalami luka-luka mencapai 1.033 jiwa, kerugian materil rumah ditaksir di angka 22.721 unit terdiri dari 9.220 rusak berat (RB), 723 rusak sedang (RS), dan 12.778 rusak ringan (RR).
Total warga terdampak mencapai 417.529 jiwa. Belum lagi, kerusakan sarana dan prasarana umum seperti masjid/musala, rumah sakit, puskesmas, sekolah, dan lainnya. Jumlah tersebut meliputi wilayah Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur.
Model penanganan bencana tidak bisa dilakukan hanya ketika keadaan darurat saja. Ada sekitar 400 ribu jiwa yang mengungsi yang perlu dipikirkan dan ditindaklanjuti bagaimana mereka bertahan hidup atau setidaknya sampai warga terdampak dapat menempati kembali rumah-rumah mereka kembali.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang menganut prinsip Total Disaster Management (TDM), membagi penanganan bencana menjadi beberapa fase yaitu:
Pertama, fase emergency berupa penyediaan pangan dan air bersih prioritaskan. Untuk itu dilakukan pembelian gabah dari petani diikuti penyediaan huler (alat penggilingan gabah). Pada fase ini suplai logistik akan sangat dibutuhkan, Alhamdulilillah ACT bersinergi dengan TNI pada 17 Agustus 2018 telah berhasil mengirim 850 ton bantuan logistik untuk Lombok, yang dikirim dari Tanjung Priok Jakarta.
ACT juga membeli seratus ekor sapi dari warga setempat untuk disembelih guna menambah asupan gizi pengungsi. Sementara untuk kebutuhan sanitasi, ACT akan menopang ketersediaan air bersih dengan membuat 10 unit sumur dalam.
Kedua, fase recovery, yaitu berupa pendirian 1.000 unit hunian sementara (shelter), pembuatan 100 toilet, 10 masjid darurat, 10 sekolah yang terdiri dari 6 ruang kelas, dan 100 unit pos komando. Gudang logistik turut didirikan untuk menampung 2.000 ton bantuan. Untuk pengerjaan konstruksi, ACT menyiapkan sekitar 200 pekerja konstruksi berpengalaman, yang diambil dari warga lokal.
Penyiapan fasilitas fisik tidak menghentikan aktivitas layanan medis dan trauma healing. “Libatkan 50 orang tenaga medis dan 50 orang trauma healer. Tingkatan jumlah relawan sampai 1.000 orang. Hadirkan relawan dari semua cabang,” pesan Ahyudin presiden ACT.
Ketiga, fase rekontruksi yakni fase membangun kembali. Masjid, madrasah dan sekolah yang roboh dibangun kembali. setelah itu baru dilakukan pemulihan ekonomi. sehingga membantu korban bencana gempa bumi di pulau lombok adalah pekerjaan besar.
Rangkaian respon ini menjadi narasi edukasi untuk publik. Inilah hal urgen yang disiapkan ACT untuk Lombok. Dalam waktu sedikitnya 3-6 bulan ke depan, kondisi darurat massal masih mengepung warga Lombok.
Comments