STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Moon Cake Festival atau Tiong Chiu Chue 中秋節 (Zhong Qiu Jie) disebut juga Mid Autumn Festival adalah salah satu perayaan yang dinanti-nanti masyarakat Tiongkok di berbagai negara. Moon Cake Festival atau Tiong Chiu Chue dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek.
Ui Liong Ho Sekretaris Panitia Acara Moon Cake Festival atau Tiong Chiu Chue Yogyakarta mengatakan hari raya ini jatuh pada pertengahan musim gugur. Maka disebut sebagai Hari Raya Pertengahan Musim Gugur (Tiong : tengah, Chiu : musim gugur, Chue : hari raya/perayaan)
“Pada Hari Raya Tiong Chiu, biasanya orang Tiongkok menaruh meja sembahyang di halaman terbuka, dengan disediakan kue bulan, delima, kurma dan kuaci di atasnya. Setelah bersembahyang kepada bulan, anggota sekeluarga duduk berkeliling di meja, makan sambil ngobrol, bersama-sama menikmati pemandangan bulan purnama,” katanya kepada Starjogja.com Sabtu (22/09/2018).
Baca Juga : Ritual Yu Sheng Jadi Suguhan Imlek ritual
Ui mengatakan saat Moon Cake Festival ada adat-istiadat bangsa Tionghoa dengan memakan Tiong Chiu Pia. Kue bulan yang berbentuk bulat melambangkan reuni dan keutuhan keluarga.
“Tiong Chiu Chue tahun ini jatuh pada hari Senin, 24 Sepember 2018. Jogja Chinese Art and Culture Centre kembali mengadakan perayaan Tiong Chiu (Zhong Qiu Jie) di kelenteng Tjen Ling Kiong (Poncowinatan). Tahun ini mengangkat tema Kebersamaan dalam Keberagaman,” katanya.
Ui menceritakan soal legenda yang menjadi latar belakang perayaan ini, adalah Hou Yi (后羿) dan Chang E (嫦娥). Kisah Hou Yi yang memanah sembilan matahari dan kemudian menikah dengan Chang E (terbang ke bulan).
Tapi akibat ulah Peng Meng seorang pengikut Hou Yi membuat mereka harus berpisah dengan Chang E yang menjadi Dewi Bulan.
Hou Yi merasa putus asa, tapi tetap sangat merindukan istrinya. Dia menaruh meja di halaman belakang rumahnya, menyediakan banyak manisan, dan buah-buahan yang disukai Chang E. Dia bersembahyang ke bulan, tempat Chang E tinggal.
“Rakyat akhirnya mengetahui Chang E menjadi Dewi di bulan. Maka beramai-ramai menyediakan meja dengan sesajen untuk bersembahyang ke Chang E. Mulai saat itu, adat-istiadat sembahyang bulan popular di Tiongkok,” katanya.
Ui mengatakan nantinya akan ada doa bersama untuk keselamatan negeri dari para Pemuka Agama dan aliran kepercayaan menjadi pembuka acara Tiong Chiu Chue ini. Selain itu terdapat rangkaian acara seperti Fragmen Dewi Bulan yang menjadi latar belakang perayaan ini, Liong Dupa, Liong Putra dan Liong Putri Hoo Hap Hwee, tari-tarian klasik, Diabolo (Chinese Yoyo) dan Flashmob Muda-mudi JCACC.
“Perayaan Tiong Chiu 2018 ini diharapkan bisa menjadi salah satu rujukan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan adanya kebersamaan dalam keberagaman ini menjadi bukti bahwa masyarakat Yogyakarta cinta damai dan pembauran,” katanya.
Comments