STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Pada medio 2009-2010, dunia sempat dihebohkan dengan fenomena kehadiran Gelang Power Balance yang dalam waktu singkat memiliki peminatnya sendiri. Tidak main-main, para atlet dalam maupun luar negeri, anak gaul bahkan awam, berlomba-lomba untuk mengenakannya.
Bukan tidak mungkin anda adalah salah satunya. Ah, andai saja sosial media berbagi gambar sudah booming kala itu, saya yakin akan ada banyak sekali foto gelang ini muncul.
Baiklah, kiranya kita flashback sedikit tentang brand yang satu ini. Power Balance sejatinya adalah merek gelang yang oleh pembuat dan vendornya diklaim sebagai produk menggunakan teknologi holografis untuk bekerja dengan medan energi alami tubuh.
Baca Juga :Tes CPNS 2018 Jadi Pilihan atau Lempar Handuk ?
Power Balance menggunakan terapi hologram, yaitu pengobatan energi, yang merupakan cabang dari pengobatan alternatif. Menurut pembuatnya, Power Balance didasarkan pada gagasan untuk mengoptimalkan aliran energi di dalam tubuh.
Hologram pada Power Balance didesain untuk beresonansi dan merespon medan energi alami tubuh Wow, klaim yang luar biasa ya? Saking bombastisnya, pasti banyak yang langsung beli dan pakai dong? Iya sih, pakai, meski blom tentu beli juga.
Lho kok?
Iya, karena Power Balance lebih dipromosikan melalui atlet yang dibayar alias endorse. Bintang bola basket AS dan NBA, Shaquille O’Neal dan kawan-kawannya di Phoenix Suns, adalah salah sedikit diantaranya. Kasarnya sih jadi kelinci percobaan paling awal dari gelang berhologram itu.
Kala itu, mereka begitu yakin akan khasiat Power Balance, karena begitu pertama kali menggunakannya, Phoenix Suns unggul dari lawannya dengan selisih 57 angka.
Weleh weleh.
Bukan hanya O’Neal lho. Ada juga pebasket terkenal lain, Lamar Odom dan Trevor Ariza yang memberikan testimoni akan keampuhan Power Balance. Tidak tanggung-tanggung, President of Basketball Operations dan General Manager Phoenix Suns saat itu, Steve Kerr, tanpa ragu pun memuji produk tersebut, dan bahkan bersemangat untuk membuat semua pemain mengenakan gelang Power Balance.
Bintang sepakbola, David Beckham pun kemudian ikut menjadi ”korban” yang dimanfaatkan oleh produsen gelang karet dijual dengan harga awal 29,95 dollar AS itu.
Di tanah air, beberapa atlet papan atas juga menjadi pengguna Power Balance. Pebalap sepeda, Risa Suseanty bahkan ditunjuk sebagai duta Power Balance di Indonesia.
Klaim yang bombastis, tentunya membuat beberapa pihak gerah dan ingin membuktikan keefektifan produk tersebut. Apalagi klaim yang digaungkan oleh Power Balance Australia Pty. Ltd. memang belum berdasarkan penelitian atau riset mendalam. Serta tidak disertai data yang faktual disusun secara metodis, sistematis serta konsisten.
Gawatnya lagi, para peneliti yang ditugaskan oleh BBC (British Broadcasting Corporation) menemukan bahwa gelang tersebut adalah plasebo, dimana pendapat ini diikuti oleh Victor Thompson, seorang psikolog olahraga London dan Greg Whyte, profesor olahraga terapan dan ilmu pengetahuan olahraga di Liverpool John Moores University.
Kedua pakar tersebut mengakui bahwa hanya dengan mempercayai bahwa gelang tersebut bekerja, dapat membuat pemakainya melihat adanya peningkatan pada kesehatan dan performa tubuh mereka, yang dikenal sebagai efek plasebo.
Masih banyak lagi pihak-pihak yang meragukan keampuhan gelang plastik tersebut, sehingga pada akhirnya melakukan uji mandiri. Terutama karena produk ini tidak juga mau menunjukkan jurnal penelitian sekaligus bukti-bukti ilmiahnya.
Pada 28 Oktober 2010, pesenam pemenang Olimpiade, Dominique Dawes, bekerja untuk Yahoo Weekend News dan Independent Investigations Group (IIG) menguji gelang tangan Power Balance mengenai klaim mereka. Bahwa gelang tangan Power Balance mampu meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas, dan kekuatan.
Saat itu dirinya menggunakan 4 buah gelang Power Balance yang 3 diantaranya dilepaskan bagian hologramnya, dan bahkan salah satu darinya hanya dipasangkan sebutir permen.
Sebanyak 16 partisipan kala itu, memakai 4 gelang secara bergantian dan acak. Hasilnya adalah hampir sama tanpa ada perbedaan signifikan antara penggunaan gelang utuh, tidak utuh, maupun gelang berisi permen. Sehingga kemudian Dominique Dawes akhirnya menyimpulkan bahwa rasa percayalah yang membuat gelang Power Balance terasa seolah-olah berpengaruh.
Kembali ke para atlet yang diendorse, timbul pertanyaan, faktanya adalah bagaimana mungkin mereka tidak segera tau dan menyadari. Bahwa tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras dengan berlatih, berlatih dan terus berlatih? Dan sedihnya, mengecilkan arti proses mereka sendiri selama ini.
Dengan munculnya beragam desakan, maka akhirnya pada bulan Desember 2010, Australian Competition and Consumer Commission (ACCC) mengharuskan Power Balance untuk melakukan beberapa hal. Termasuk membuat pernyataan yang berisi pengakuan bahwa mereka terlibat dalam tindakan menyesatkan.
Oh well, untuk informasi lebih lengkap tentang produsen Power Balance ini, saya yakin anda bisa mencari sendiri. Yang jelas, saya pernah diiming-imingi benda itu sih.
Bukan terkait masalah keseimbangan tubuh laksana atlet. Tapi saat itu saya sedang ke salon cukup ternama di Yogya, dan ownernya bercerita bahwa setelah memakai gelang holografik itu, performa seksualnya meningkat. Bisa berkali-kali katanya. Asem tenan.
Comments