STARJOGJA.COM,SLEMAN – Wayang Topeng Pedalangan masih bertahan di Sleman. Untuk mengangkat kembali kesenian Wayang Topeng Pedalangan, Dinas Kebudayaan Sleman melakukan revitalisasi kesenian tradisional ini di Sanggar Seni Brahmaninten Grogol Margodadi Seyegan. Dalam kesempatan ini mengambil cerita Baqncak Njolo.
Aji Wulantoro, SH, Kepala Dinas Kebudayaan Sleman menyampaikan menurut kajian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Tahun 2014, hanya ada satu kesenian jenis wayang topeng pedalangan di Sleman, yaitu di Dusun Ngajeg, Tirtomartani, yang dikelola oleh Ki Sugeng Tjermahandoko dan Ki Suparno. Sementara itu, di daerah Kabupaten Sleman bagian Barat juga terdapat potensi wayang topeng pedalangan yang para pelaku, pemain, dan pelestari beberapa di antaranya masih hidup. Salah satunya adalah Ki Sugati dengan alamat Nyangkringan, Margodadi, Seyegan.
” Kesenian ini memiliki keunikan tersendiri serta layak untuk dilestarikan. Kegiatan revitalisasi ini memiliki maksud dan tujuan untuk meningkatkan peran dan fungsi unsur-unsur budaya lama yang masih hidup di masyarakat dalam konteks baru dengan tetap mempertahankan keasliannya” terang Aji.
Baca juga : Hingga Wafat , Ki ledjar Setia Jaga Kelestarian Wayang Kancil
Berdasarkan keterangan Sugati (Dalang Ki Sugati) Dusun Nyangkringan, Margodadi, Seyegan, Sleman, disebutkan bahwa Wayang Topeng Pedalangan di Sleman Barat pertama kali ada sekitar tahun 1825 oleh Ki Tjermasono, putra dari Ki Setrosono yang bertempat tinggal di Dusun Ngepringan, Minggir, Sleman.
” Wayang Topeng Pedalangan merupakan hasil kreasi para dalang pada saat itu yang bersumber dari Wayang Topeng ciptaan Sunan Kalijogo sebagai sarana dakwah agama Islam di Jawa,” seperti disampaikannnya dalam keterangan tertulisnya kepada Starjogj.com.
Sedangkan pedalangan itu sendiri sudah ada sejak Kerajaan Kalingga di Kediri dengan menggunakan sarana Beber, sehingga dikenal dengan wayang beber. Dalang yang menggunakan wayang kulit semenjak Lintang Karahinan putra tertua Raja Brawijaya V Kerajaan Majapahit menciptakan wayang yang bahannya dari kulit. Demikian halnya wayang topeng, juga diciptakan bersamaan dengan wayang kulit oleh orang yang sama. Dalam ceritanya terdapat pitutur luhur bagi kehidupan manusia yakni jangan sampai melupakan siapa dirinya apabila sudah mendapatkan drajat, pangkat dan kedudukan serta tidak boleh sewenang-wenang terhadap orang lain, serta masih banyak hikmah yang dipetik dari cerita-cerita wayang topeng.
” Cerita wayang topeng pedalangan diantaranya Bancak nJolo, Rabine Bancak, Rabine Sinom Berdapa, Rabine Jaka Semawung, . Rabine Ragil Kuning, Ande-ande Lumut, Ketek Ogleng, Timun Mas, Brambang Abang Brambang Putih,” jelasnya.
Perkembangan dari waktu ke waktu keadaan Wayang Topeng Pedalangan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat sesuai dengan perkembangan jamannya di Indonesia. Menurut sumber yang dipercaya, eksistensi Wayang ini sejarahnya dapat ditelusur dengan berpedoman pada masa Kasultanan Yogyakarta, mulai dari Bertahtanya Sri Sultan HB VI sampai dengan Sri Sultan HB IX atau jaman kemerdekaan.
slamat malam. mohon maaf. untuk gambar yg ada bukan merupakan kegiatan pentas sesuai dengan judul. terimakasih…