STARJOGJA.COM, Kopiku – Di suatu pagi selepas subuh hingga keluarnya matahari, pendekar-pendekar lereng gunung di kawasan pegunungan Sindoro-Sumbing mulai bermunculan. Sejuknya angin pada ketinggian 1500 hingga 1800 meter di atas permukaan laut ini, seakan ikut menemani mereka yang sedang mencari harta berharga. Sepasang mata jeli dari para pendekar ini, dengan teliti mencari di sekitar tanah perkebunan, di sela-sela tumbuhan, dan juga bebatuan. Mereka mencari apa yang telah dibuang dan ditinggalkan oleh Paradoxurus Hermaphroditus. Makhluk malam hari, yang dengan liarnya berpesta pora dengan sesama kaumnya di sini.
Di sekitar tempat berpesta inilah biasanya para makhluk malam tadi, tanpa sadar meninggalkan hartanya. Harta bernilai tinggi, yang sudah diakui di seantero negeri. Harta inilah nantinya setelah ditemukan, akan dijaga dan di rawat oleh para pendekar lereng gunung, sebelum nantinya berubah wujud. Dari perubahan ini, siapa sangka membuat banyak orang penasaran serta menjadi perbincangan dunia.
Pagi-pagi sekali, disaat yang lain masih tertidur lelap, orang-orang di sekitar pegunungan Sindoro-Sumbing Jawa Tengah sudah berjuang. Layaknya pendekar, mereka berjuang menyusuri lereng perbukitan dan kawasan perkebunan di pagi buta, dengan menyandang alat sederhana. Sudah menjadi kebiasaan, jika musim panen kopi tiba, mereka mencari onggokan kotoran dari binatang Luwak atau musang Luwak (Paradoxurus Hermaphroditus).
Baca Juga : Saat Klasik Beans Seimbangkan Kopi dengan Alam
Kedengarannya ironis memang. Sesuatu yang kotor dan telah dibuang, justru dicari layaknya harta karun. Tapi kenyataannya memang begitu. Ibarat batu kotor dan kusam, setelah digosok dan dipoles bisa menjadi berlian berharga. Demikian juga dengan kopi Luwak. Bukan rahasia lagi bahwa kopi terenak di dunia ini, asalnya justru dari tanaman kopi yang telah dimakan luwak dan kemudian keluar sebagai kotoran. Kotoran berbentuk kopi inilah yang kemudian diproses menjadi kopi siap saji. Dan…yang perlu dicatat, kopi Luwak yang enak adalah kopi yang ditanam di dataran tinggi Jawa, yakni di pegunungan Sindoro-Sumbing.
“Rasa atau taste dari kopi Luwak yang berasal dari dataran tinggi Sindoro –Sumbing memang beda. Saya sudah mencoba dan membandingkan dengan kopi luwak dari daerah lain di Jawa. Jelas sekali bedanya. Begitu juga dengan beberapa pelanggan yang saya jumpai dan saya tawarkan untuk mencoba. Mereka bilang, walau sama-sama kopi luwak, namun yang berasal dari Sindoro-Sumbing lebih enak dan wangi.”
Begitulah pengakuan Merry, saat menjelaskan alasan kenapa dirinya sengaja memilih kotoran Luwak yang ada di kebun kopi pegunungan Sindoro –Sumbing, untuk kemudian di proses menjadi Kopi Luwak Mataram. Semuanya ini tentu juga tak luput dari jasa para petani kopi, serta para pendekar pencari “harta” di lereng gunung.
Ngobrol dengan Merry siang itu, memang sebaiknya tanpa menggunakan basa-basi yang tidak perlu. Saya harus memanfaatkan waktu dengan bijak, sebelum ada lagi tamu yang datang mendadak. Sebagai pemilik sekaligus pengelola Kopi Luwak Mataram, Merry harus selalu menyambut tamu. Seperti tadi, saat baru 10 menit berbincang, terpaksa harus break sebentar karena rombongan dengan bis besar tiba-tiba datang.
Setelah jeda sejenak, Merry lanjut bercerita. Ternyata, sudah lebih dari lima tahun, Merry beserta sang suami Edi Prabowo, mengelola usaha Kopi Luwak Mataram yang ada di daerah Pelemwulung, Banguntapan Bantul ini. Letaknya bukan di pinggir jalan besar yang ramai, namun masuk di dalam perkampungan. Namun, tempat ini mudah ditemui, karena di halaman depan terdapat papan nama yang bertuliskan brand Kopi Luwak Mataram miliknya. Jika masih belum juga ketemu, ada penanda lain yang sangat mencolok. Patung binatang luwak berukuran besar, siap menyambut setiap tamu yang datang berkunjung.
Kopi Luwak Mataram mempunyai halaman depan yang cukup lebar. Sedikit kontras dengan jalan kampung beraspal didepannya yang seakan terlihat lebih kecil. Sementara bangunan inti terlihat luas serta menjorok panjang ke dalam.
Walaupun tempat ini menjual minuman kopi dan menyediakan juga tempat duduk yang nyaman, namun jangan sampai salah persepsi. Jangan bayangkan tempat ini seperti layaknya cafe atau coffee shop jaman sekarang. Jangan pula mencari koneksi WIFI, layar TV yang menyiarkan TV kabel atau siaran lokal, live musik, serta AC yang akan manjakan pengunjung hingga berjam-jam seperti rumah sendiri.
Jangan berharap bisa minum kopi sambil selfie, dengan pilihan sudut-sudut ruangan penuh tata lighting, serta dekorasi taman yang instagramable. Apalagi jika anda berniat untuk ngopi cantik, ngobrol sambil bermaya ria dengan media sosial, serta berkencan tipis-tipis ala masa kini. Sebaiknya, batalkan segera niatan itu.
Belum lagi mengenai menunya. Menu yang ada di tempat ini hanya satu, Kopi Luwak! Tak ada jenis kopi lain, dan tak ada menu makanan. Menurut Merry, hal ini memang disengaja dan bukannya tanpa alasan.
Merry punya konsep dasar yang jelas, serta misi tertentu terkait tempat usahanya. Tempat ini bagi Merry adalah sebuah rumah produksi. Sebab dari lereng Sindoro-Sumbing, kopi yang sudah terpisah dari kotoran luwak, setelah dibersihkan dan dijemur hingga kering, kemudian langsung dibawa kesini. Selanjutnya, di tempat Kopi Luwak Mataram inilah dilakukan penyortiran lagi biji-biji kopi yang layak proses, kemudian dikupas dengan tangan, diroasting, digiling, dan jadilah bubuk kopi.
Rumah produksi ini juga sebagai tempat menjawab siapapun yang penasaran dan ingin tahu tentang kopi Luwak. Banyak yang sudah mendengar tentang Kopi Luwak sebagai kopi terenak di dunia yang punya harga relatif mahal dibanding kopi lain. Spesialnya kopi ini, tentu saja membuat siapapun menjadi bertanya-tanya. Untuk itu, Merry punya misi memberikan edukasi selengkap-lengkapnya dengan mendirikan tempat ini. Menurut Merry, dengan mengunjungi tempat ini, mereka akan melihat langsung seperti apa wujud binatang Luwak, seperti apa contoh biji-biji kopi yang sudah keluar dari tubuh Luwak, dan bentuk biji-biji kopi yang telah disortir siap proses. Semua didisplay di beberapa sudut tempat ini.
Mengenai jalannya proses produksi, tentu saja akan dijelaskan juga. Sebab, itu adalah konten utama dari rumah produksi ini, selain kopinya. Setelah mendapat banyak cerita dan penjelasan, tamu bisa langsung membeli bubuk kopi atau bijihnya dan dibawa pulang. Bisa juga, langsung mencicipi kopi paling enak se dunia ini, ditempat yang telah disediakan. Atau bisa juga kedua-duanya.
Cara menikmati Kopi Luwak yang benar, menurut Merry, lidah seharusnya jangan sampai terganggu dengan rasa lainnya. Untuk itulah sengaja tak ada makanan lain yang disediakan. Minumnya pun disarankan tanpa pemanis. Ini supaya si pencicip bisa merasakan seperti apa sebenarnya rasa Kopi Luwak yang asli. Sayang rasanya, jika manis dari gula, justru mengganggu keaslian taste dari kopi luwak yang sebenarnya.
Sambil mencicipi, biasanya tamu diterangkan pula tentang bagaimana canggihnya binatang Luwak bisa menyeleksi sendiri. Memilih mana saja kopi yang kualitasnya baik. Selain itu tamu dijelaskan juga tentang proses fermentasi yang terjadi di dalam perut luwak. Dimana biji kopi akan tercampur dengan enzim–enzim yang ada dalam perut luwak. Penjelasan ini juga bagian dari edukasi, mengapa Kopi Luwak mahal dan spesial.
Setelah mencicipi kopi luwak, saat ditanya para tamu akan merespon dengan mengatakan enak. Enak yang seperti apa ? Menurut cerita Merry, mereka bilang rasa kopi luwak lebih soft. Mereka mendiskripsikan, kopi luwak itu smooth and flavour.
“Mungkin bisa jadi karena kadar kafein kopi luwak yang rendah sekali,” jelas Merry.
Mengenai tamu yang datang berkunjung. Diakui oleh Merry 80% adalah orang asing. Jauh-jauh mereka datang ingin tahu kenapa Kopi Luwak bisa sangat mahal di negara asal mereka. Di luar negeri sebenarnya ada juga Kopi Luwak. Namun tidak seenak kopi luwak Indonesia dan semurah di Indonesia.
“Di luar sana, di Jepang, satu cup bisa sampai 250 ribu jika dirupiahkan. Menurut tamu saya, di Italy satu cup-nya kena 25 euro lho! Kemudian di Singapura, satu cup harganya 20 dolar Singapura,” jelas Merry.
Banyaknya turis asing yang tenyata tertarik untuk berkunjung ke Kopi Luwak Mataram, membuat Merry ingin memperkenalkan muatan lokal atau ciri khas yang dipunyai Indonesia lainnya. Dari pilihan materi bangunan Kopi Luwak Mataram, Merry ingin memberi contoh seperti apa salah satu bentuk rumah di Jawa yang terbuat dari kayu serta anyaman bambu. Kemudian lantai rumah juga sangat sederhana. Bukan dari keramik atau ubin teraso. Sedangkan design kemasan Kopi Luwaknya pun dipilih memakai bahan tradisional, yakni dari bambu. Merry menyebut konsep menghadirkan kelokalan Indonesia dalam bisnisnya ini “Indonesian Ways”.
Konsep Indonesian Ways ini oleh Merry diterapkan juga dalam cara menyajikan kopi. Kopi tidak disajikan dengan mesin kopi modern espresso. Merry memakai cara tradisional, yakni manual brewwing atau dengan diseduh, yang biasa disebut juga kopi tubruk. Alasannya supaya terasa Indonesia sekali.
Tak jarang pula menurut Merry, dari pengunjung yang datang sepertinya belum paham benar dengan konsep “tempat ngopi” milik Merry ini. Mereka masih juga memesan kopi jenis lain, kemudian menanyakan makanan ringan, dan hal-hal lain seperti yang tersedia di banyak tempat-tempat ngopi diluar sana yang berkonsep beda.
Selanjutnya, Merry mengobrolkan tentang promosi. Saat negara-negara diluar sedang summer, disitulah surga bagi Kopi Luwak Mataram. Dalam sehari bisa lebih dari lima kali rombongan turis asing berkunjung. Merry mengaku, dibanding website resmi Kopi Luwak Mataram dan media sosial yang dia punya, ada beberapa hal yang justru dirasa lebih efektif sebagai media promosi. Cerita dari mulut kemulut (jawa: gethok tular) oleh para turis yang sudah pernah mampir, ternyata sangat bermanfaat. Selain gethok tular, juga dari para blogger personal, dan dari website agen jasa travel, maupun travel advisor.
Merry menjelaskan, turis Eropa ternyata punya kecenderungan senang sharing. Setelah melakukan perjalanan, mereka biasanya akan menceritakan pengalamannya baik di sosmed, blog, maupun testimoni di travel advisor. Di sinilah Kopi Luwak Mataram merasakan sangat terbantu. Untuk itu, kesan yang baik serta pelayanan memuaskan kepada tamu, sangat diperhatikan oleh Merry. Itulah mengapa, selain Merry sendiri, ada lima orang karyawan yang semuanya lulusan akademi bahasa asing, telah disiapkan untuk menjelaskan apapun mengenai Kopi Luwak dan juga untuk keperluan menjamu tamu.
Setelah banyak bercerita tentang Kopi Luwak Mataram, lantas…. sebagai owner yang intim dengan kopi setiap hari, seperti apa sih kopi itu sendiri dimata Merry ?
“Kopi itu teman hidup yang menyenangkan. Kopi juga bisa dipakai untuk menggambarkan seperti apakah kehidupan. Dibalik pahitnya kopi, ada rasa menyenangkan yang kemudian muncul. Seperti lebih fokus, fresh, serta merasa lebih klik dibanding sebelumnya. Demikian juga dalam kehidupan. Terkadang hidup ini perlu sesuatu yang pahit. Namun dibalik kepahitan hidup, ada hal indah yang akan terjadi setelahnya,” jelas Merry.
Mengenai kedekatan Merry dengan kopi, apabila terpisah jauh dalam kurun waktu yang relatif lama, sudah sampai level manakah rasa kangen akan kopi ? Dengan jujur Merry bercerita, jika lama tidak mengkonsumsi atau sedang sibuk sehingga melewatkan kopi, maka bisa saja dirinya terpaksa berkompromi dengan beragam jenis kopi.
“Yang penting bisa ngopi mas ! Di saat sore hari setelah beraktivitas seharian, saya sangat butuh kopi. Setelah minum, rasa capeknya hilang dan semangat lagi,” katanya sambil menerawang dan sedikit tersenyum.
Setelah sekian tahun bergelut dengan kopi, apakah keluarga kemudian menjadi menyukai kopi termasuk anak-anak? Dengan tegas Merry menjawab tidak. Menurutnya, sang suami masih dalam taraf biasa-basa saja denga kopi, tidak berbeda dari sebelumnya. Demikian juga dengan anggota keluarga lainnya.
Akhirnya, tibalah pada pertanyaan terakhir sebelum kami akhiri obrolan siang itu. Seandainya Merry kebetulan bertemu dan berkenalan dengan seseorang yang ternyata bukan seorang pengkopi, kata-kata apa yang sekiranya akan dilontarkan Merry kepadanya…?
Kali ini, sambil tertawa renyah Merry berkata : ”Ehh…kenapa ngga minum kopi? Rugi…kopi itu enak tau…!. ”
# Lebih bangga….cicipi nikmat kopi negeri sendiri #
PENULIS : SATRIA AGNI
Comments