Esai

Sudah Cukup Edy ! Mundurlah dari Ketua PSSI

0
protes resmi AFC
logo PSSI

STARJOGJA.COM. OPINI – Sudah Cukup Edy ! Hadirnya seorang Edy Rahmayadi di PSSI sempat membawa harapan besar akan perubahan iklim sepakbola Indonesia. Latar belakang militer yang dimilikinya menjadikan publik menaruh harap agar kepengurusan PSSI bisa terbawa pada iklim tegas dan militan. Imbasnya pada perbaikan prestasi olahraga rakyat ini.

Namun seiring waktu, figur Edy yang juga turun ke dunia politik pun membuatnya harus merangkap jabatan sebagai gubernur Sumatera Utara. Kondisi ini disebut banyak pihak telah membuat Edy tidak bisa fokus pada kinerjanya sebagai nahkoda induk organisasi sepakbola Indonesia ini. Banyak persoalan yang tidak bisa diselesaikan PSSI pada periode kepemimpinan Edy.

Selain itu, kegagalan tim nasional di ajang Piala AFF pun menjadi masalah yang harus segera diperbaiki pengurus PSSI.Gagal mempertahankan pelatih Luis Milla pun menjadi semacam ketidakmampuan PSSI dalam membenahi sepak bola Indonesia. Hadirnya Bima sakti pun terkesan asal comot. Dan bisa ditebak hasilnya jauh dari harapan.

Tak cuman soal prestasi timnas senior yang melempem, PSSI juga mempunyai segudang permasalahan sepakbola yang butuh penyelesaian komprehensif. Mulai dari kericuhan antar penonton alias suporter, tunggakan gaji pemain serta pembinaan sepakbola dari level bawah menjadi PR besar yang harus diselesaikan. Besarnya minat dan harapan masyarakat pada sepakbola nasional seolah jadi mimpi yang tak terbeli.

Jangankan menggapai mimpi jadi tuan rumah Piala Dunia, jadi juara di level Asia Tenggara pun timnas masih jauh dari harapan. Hanya tim U -16 lah yang mampu memberikan hiburan sesaat dan melepas dahaga penonton akan gelar juara. Di level lain, timnas Indonesia pun tak bisa bicara banyak. Publik seolah dipaksa jadi biasa dengan aneka kegagalan itu.

Baca juga : SOROTAN : Duka untuk Sepak Bola Indonesia

Akibatnya desakan dan tagar #edyout pun muncul di berbagai media. Boikot timnas pun sempat muncul dan membuat stadion tak ramai suporter meskipun timnas lah yang tengah berlaga. Desakan itu terbilang wajar karena kondisi PSSI sebagai organisasi yang mewadahi sepak bola Indonesia kian merosot. Apalagi, prestasi dalam perbaikan sepak bola pun tak kunjung terlihat. Revolusi besar pun kembali disuarakan untuk membawa perubahan besar pada PSSI.

Memang, permasalahan itu sebenarnya tidak hanya dibebankan kepada Edy saja sebagai orang nomor satu di PSSI, tetapi menjadi tanggung jawab bersama dari mulai Komite Eksekutif PSSI hingga bawahan-bawahannya. Komite ini seharusnya mengingatkan Edy agar bisa berani memimpin PSSI. Namun sebagai sosok jendral PSSI, Edy harus hadir dalam setiap kesempatan penting di dunia sepakbola tanah air.

Baca juga : Luis Milla Jadi Salah Satu Dosa PSSI

Namun publik harus disadarkan jika Obsesi reformasi persepakbolaan nasional tak bisa digantungkan hanya pada pergantian seorang pucuk pimpinan saja. PSSI tak hanya butuh figur yang cakap, kuat, dan profesional tapi juga didukung oleh sebuah sistem yang dijalankan sebuah komunitas yang menjunjung tinggi etos reformasi itu.

Semua itu akan terjadi jika sepak bola dipandang penting dalam pembangunan bangsa. Tanpa membentuk lingkungan bersih dan integritas tinggi serta dukungan pemerintah, PSSI mungkin akan kembali jatuh ke lubang yang sama. Dan, kemudian ketika desakan untuk perombakan datang, kita beramai-ramai melakukan gerakan pembaruan untuk kemudian jatuh lagi.

Langkah konkret perlu diambil, mengingat terdapat sejumlah agenda penting sepak bola pada tahun depan, termasuk SEA Games dan kualifikasi Piala Asia U-23. Namun alangkah baiknya jika Edy yang memutuskan mengundurkan diri. Toh, dia sendiri mengakui “capek” dan “banyak urusan” saat ditanya soal keterpurukan tim nasional.

Sudah Cukup Edy ! Mundurlah dari Ketua PSSI

PSS Harus Menang Jika Ingin Naik Kasta

Previous article

Pemungutan Suara Jadi Tahapan Paling Krusial Pada Pemilu 2019

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Esai