STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Bukan perang dagang, inilah masalah terbesar China yang tengah dihadapi. Tiongkok menghadapi ancaman penurunan populasi penduduk dengan semakin berkurangnya warga usia produktif. Hal ini didapatkan dari data penelitian yang dilakukan oleh sebuah organisasi Thinktank, The Chinese Academy of Social Sciences.
Laporan tersebut didasarkan pada sebuah studi selama 3 tahun yang menelaah kebijakan satu keluarga satu anak, dimana pada akhirnya kebijakan tersebut mengarah pada turunnya populasi secara signifikan.
Diperkirakan populasi China akan mengalami penurunan hingga 200 juta jiwa pada tahun 2065 mendatang. Inilah masalah terbesar China saat ini.
Baca Juga : Smartphone Buatan China Kuasai Pasar Dunia
Dikutip dari CNN, The Chinese Academy of Social Sciences mengungkapkan bahwa secara teoritis, penurunan populasi erat hubungannya dengan meningkatnya populasi warga lanjut usia, yang menyebabkan timbulnya efek negatif pada kondisi sosial ekonomi jangka panjang.
Para ahli menekankan bahwa kondisi ini juga akan memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi domestik Tiongkok, dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara global, mengingat bahwa Tiongkok merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia.
Pemerintah mau tidak mau kemudian menggelontorkan kebijakan terkait hal tersebut. Dari yang awalnya menerapkan kebijakan satu keluarga satu anak, melegalkan aborsi dan kewajiban sterilisasi, diubah total menjadi keleluasaan bagi satu keluarga untuk memiliki 2 anak pada tahun 2016.
Hingga saat ini, terhitung sudah hampir 3 tahun sejak pemerintah melakukan perubahan kebijakan. Namun sayangnya, belom efektif mendongkrak angka kelahiran, seperti tercermin pada data di tahun 2017 yang menyatakan bahwa angka kelahiran adalah 1,6 anak/wanita usia subur, berada dibawah angka harapan, 2,1.
Pemerintah tidak tinggal diam. Pada akhirnya, mereka membuka kesempatan kepada warganya untuk memiliki lebih banyak anak.
Comments