STARJOGJA.COM, Yogyakarta — Diyakini bahwa orang terakhir yang pernah menyaksikan secara langsung keberadaan Iguana di pulau Santiago, gugusan kepulauan Galapagos adalah Charles Darwin pada tahun 1835, karena setelahnya, Iguana Galapagos dilaporkan punah akibat keberadaan predator alamiah mereka, salah satunya adalah Babi Hutan.
Namun 184 tahun kemudian, Kadal Besar kembali menunjukkan taringnya. Taman Nasional Galapagos memiliki andil yang cukup besar dalam hal ini. Lebih dari 1400 Iguana (Conolophus subcristatus) dipindahkan dari pulau Seymour Utara dan dilepas liarkan di pulau Santiago pada periode 3-4 Januari 2019.
Lalu bagaimana dengan musuh bebuyutan mereka, Babi Hutan?
Baca Juga : Mengunjungi Taman Edukasi Satwa Sato Loka
Ternyata untuk mendukung program pelepas liaran kembali Iguana, Babi Hutan sengaja dihilangkan dari kepulauan pada tahun 2000 sebagai bagian dari program Isabela, proyek konservasi Galapagos. Kepulauan tersebut bahkan dinyatakan bebas Babi Hutan di tahun 2004.
Dikutp dari CNN, menurut Yayasan Konservasi Galapagos, populasi Iguana mengalami penurunan drastis semenjak Kucing, Tikus dan Anjing berkembangbiak dan menyebar di wilayah keppulauan, selain Babi Hutan. Spesies tersebut memangsa bayi-bayi dan telur Iguana, meskipun pada praktiknya Kucing juga memangsa Iguana yang berumur dibawah 4 tahun. Selain memangsa, para pemangsa juga bersaing dengan Iguana dalam memperoleh makanan.
Keberadaan Iguana yang kembali menghuni kepulauan Galapagos, tentunya menjadi angin segar bagi dunia konservasi fauna.
Tidak cukup puas dengan hasil dari usaha yang mereka lakukan, pihak berwenang terus melakukan upaya lanjutan untuk menjaga populasi Iguana dengan melakukan pengawasan secara intensif, terutama dalam mengawasi sarang dan kebutuhan pangan mereka. Selain itu, juga melakukan upaya maksimal dalam hal pengawasan dan pembatasan perkembangbiakan serta penyebaran spesies hewan pengerat dan Semut agar sarang Iguana terjaga dari hal-hal yang merugikan.
Comments