STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Selasa (29/1) sore menjadi kesempatan bagi 51 pelukis Pameran Babad Diponegoro berkumpul di Jogja Galery sebelum pembukaan pameran pada 1 – 24 Februari 2019. 3 hari sebelum acara mereka berkumpul lesehan sembari saling bercerita dalam proses membuat lukisan. Saat asyik bercerita, tiba-tiba datang puluhan mahasiswi dari IKIP di Jawa Timur masuk. Pengelola Jogja Gallery Indro Kimpling Suseno kemudian memberikan tempat lesehan bagi para rombongan mahasiswi yang tengah study tour itu untuk duduk bersama.
Kimpling pun bertanya apa yang membuat teman-teman mahasiswi ini datang ke Jogja Gallery. Salah satu kordinator rombongan menjelaskan jika Jogja Gallery jadi pilihan kunjunganya ke Jogja Gallery untuk mengisi kekosongan jadwal yang ada. Kimpling yang “berharap” jawabannya karena akan ada Pameran Sastra Rupa Gambar Babad Diponegoro di Jogja Galery pun pupus.
Ia lantas bertanya kepada rombongan calon guru PAUD itu siapa yang tahu Pangeran Diponegoro.
Baca Juga : PATRA PADI Adakan 50 Adegan Pameran Lukisan Pangeran Diponegoro
“Beliau adalah sosok pejuang kemerdekaan kita,” kata Koordinator rombongan Selasa 29 Januari 2019.
Namun ketika ditanya lagi sosoknya dan sejarahnya. Semua rombongan terdiam. Kimpling kemudian menjelaskan sosok dan sejarah Pangeran Diponegoro kepada rombongan calon guru PAUD tersebut sebelum mereka diperbolehkan melihat beberap koleksi yang sudah terpasang.
Moment ini bagi kurator Pameran Sastra Rupa Gambar Babad Diponegoro Dr. Sri Margana, M.Phil sangat disayangkan. Sebab sejarah Pangeran Diponegoro tidak banyak diketahui oleh banyak generasi muda.
“Ternyata Pangeran Diponegoro tidak ada yang mengerti padahal mereka itu calon guru. Sangat disayangkan kualitas pemahaman sejarah calon guru di Indonesia, jadi salah satu keprihatinan kita agar sejarah lebih dikenal luas,” kata Margana.
Menurutnya saat ini pengetahuan sejarah yang diajarkan di sekolah cenderung membosankan. Sehingga tidak begitu menarik bagi para siswa untuk mengetahui sejarah bangsa sendiri terutama Pangeran Diponegoro.
“Dinilai membosankan, umumnya ngantuk dan kurang menarik,” katanya.
Kondisi inilah yang membuat Pameran Sastra Rupa Gambar Babad Diponegoro penting dilakukan bagi generasi muda dan semua masyarakat. Mempelajari sejarah dengan cara berbeda yaitu melalui lukisan.
“Sekali lagi kita perlu cara baru, ini salah satunya melalui karya seni sastra rupa Pameran Sastra Rupa Gambar Babad Diponegoro,” katanya.
51 Lukisan Baru Pangeran Diponegoro
Margana mengatakan pameran ini berdasarkan Babad Diponegoro dengan 50 adegan yang menggambarkan Diponegoro dari kecil sampai ditangkap. Namun dengan 50 adegan itu dibagikan ada 51 pelukis sehingga ada satu adegan digambaroleh dua pelukis sekaligus.
“Adegan terakhir ini kita pilih 2 pelukis sekaligus yang sudah memiliki reputasi International seperti Ronald Manulang dan Haris Purnomo dua pelukis nasional yang sudah populer,” katanya.
Ia berharap dengan dua pelukis ini maka lukisan tentang Pangeran Diponegoro tidak hanya dua lukisan yang diketahui publik yaitu Raden Saleh dan Nicolaas Pieneman. Sehingga masyarakat dan generasi muda akan memiliki banyak gambaran tentnag sosok Pangeran Diponegoro.
“Kita ingin upaya nanti ketika melihat lukisan Panegran Diponegoro tidak hanya dua orang itu tapi Ronal dan Haris itu. Ada regenrasi dalam pemahaman sejarah. Diharapkan dengan cara yang baru ini sejarah tidak lagi membosankan,” katanya.
Comments