STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Lautan tidak akan berwarna sama pada masa depan, meskipun perubahannya tidak akan drastis menjadi Pink, misalnya. Perubahan ini tidak akan dapat diamati kasat mata, namun akan jelas nampak melalui sensor optik. Hal ini menjadi peringatan awal bahwa pemanasan global mampu mengubah ekosistem Bumi.
Stephanie Dutkiewicz, peneliti utama di Massachusetts Institute of Technology Department of Earth, Atmospheric, and Planetary Sciences mengatakan kepada CNN, “Perubahan iklim akan menyebabkan warna lautan menjadi lebih gelap.”
Dalam jurnal Nature Communications, kesimpulan ini dilakukan setelah ilmuwan melakukan penelitian melalui simulasi pertumbuhan hewan-hewan kecil yang hidup di laut, yang mempengaruhi warna yang kita lihat.
Laut berwarna biru atau hijau, tergantung kepada kombinasi dari beberapa hal, diantaranya bagaimana sinar Matahari berinteraksi dengan molekul air dan apapun yang ada didalamnya.
Molekul air menyerap semua warna kecuali bagian spektrum sinar Matahari berwarna biru, dan merefleksikan kembali warna itu.
Air laut berwarna hijau ketika mengandung lebih banyak Phytoplankton, organisme kecil yang seperti tanaman pada umumnya, menggunakan Klorofil untuk menangkap semua spektrum warna Matahari, khususnya warna biru. Kemudian memanfaatkan proses fotosintesis untuk menghasilkan energi kimia bagi pertuumbuhannya. Makin banyak Phytoplankton artinya makin hijau-lah air laut, dan sebaliknya. Makin sedikit organisme tersebut, maka air laut akan makin berwarna biru.
Perkembangbiakan Phytoplankton dipengaruhi oleh seberapa banyak sinar Matahari, Karbondioksida dan nutrisi. Perubahan iklim mempengaruhi arus laut, yang artinya hanya akan ada sedikit nutrisi bagi Phytoplankton di beberapa area, sehingga akan ada penurunan jumlah mereka di area tersebut.
Peneliti memperkirakan, perubahan iklim akan mengakibatkan perubahan warna terhadap setengah jumlah lautan pada akhir abad ke-21.
“Perubahan ini bukan merupakan hal yang baik, karena akan mempengaruhi jaring makanan secara keseluruhan.”
Dutkiewicz menambahkan, “Phytoplankton berada pada dasar jaring makanan, sehingga ketika komposisinya berubah, maka hal tersebut membahayakan bagi seluruh ekosistem.”
“Apakah anda bisa bayangkan, tidak akan ada lagi Beruang Kutub atau Tuna? Mengerikan.”
[…] Download Image More @ http://www.starjogja.com […]